Diposting oleh
Maya Indah
komentar (0)
Abstrak
Pembibitan karet klon unggul merupakan langkah awal dalam pembudidayaan
tanaman karet. Bibit karet berkualitas yang digunakan akan menghasilkan tanaman
karet yang berkualitas pula. Untuk mendapatkan tanaman karet yang berkualitas,
dalam hal ini menghasilkan lateks yang banyak, tahan terhadap penyakit dan
pertumbuhan yang seragam diperlukan bibit yang berasal dari klon unggul yang telah
diuji kualitasnya di Balai-Balai Penelitian Karet di Indonesia. Pembibitan karet akan
lebih efektif apabila dikelola secara kelompok demi pengurangan biaya yang
dikeluarkan. Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus dimana lokasi dipilih
secara sengaja yaitu di Desa Mait Hilir Sintang dan Desa Maringin Jaya Sanggau,
dengan jumlah sampel sebanyak 17 orang petani penangkar bibit. Dalam penelitian
ini akan diketahui bagaimana tingkat pendapatan petani penangkar bibit, kelembagaan
dalam kelompok pembibitan dan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman untuk dapat membuat strategi pemasaran yang tepat.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan menggunakan perhitungan
pendapatan riil petani, analisis deskriptif terhadap kelompok pembibitan dengan
wawancara mendalam kepada responden dan analisis SWOT untuk mengetahui
strategi pemasaran yang tepat.
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendapatan petani penangkar bibit karet setiap tahun dalam luasan rata-rata 0,45
hektar adalah Rp. 13.251. 299,61. Kedua kelompok pembibitan karet tersebut
merupakan kelompok informal yang tidak memiliki struktur organisasi yang mengikat
status keanggotaan para anggota dengan sistem pemasaran yang dilakukan adalah
langsung menjual ke konsumen tanpa perantara. Strategi pemasaran yang dapat
digunakan oleh petani adalah dengan meningkatkan kualitas bibit yang diproduksi,
meningkatkan kualitas SDM petani penangkar, pemanfaatan kemajuan teknologi,
informasi dan komunikasi untuk mengembangkan pengetahuan petani, menambah
areal pembibitan dan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen bibit karet.
PENDAHULUAN
Kalimantan Barat memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan bidang
pertanian terutama sub sektor perkebunan. Masih luasnya lahan yang dimiliki oleh
daerah dan topografi daerah-daerah atau kabupaten-kabupaten yang berada di
Kalimantan Barat menjadi alasan hal tersebut. Selain direncanakan untuk dijadikan
pusat penanaman kelapa sawit nasional, melalui ICRAF daerah Kalimantan Barat
juga dijadikan salah satu daerah yang memiliki tanaman karet klon unggul dengan
produktivitas lateks yang tinggi . Langkah awal pengusahaan usahatani karet yang
baik adalah masyarakat petani karet perlu untuk menggunakan bahan tanam (bibit)
karet yang berkualitas dan mampu menghasilkan lateks yang tinggi.
Mengingat amat pentingnya bibit dalam menentukan perbaikan pembangunan
perkebunan karet, maka usahatani pembibitan perlu dikelola dengan baik. Sebuah
lembaga penelitian agroforestri otonom yang bersifat nirlaba yang dikenal dengan
International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) memperkenalkan
pengelolaan usahatani pembibitan dengan menggunakan bibit-bibit yang berkualitas
yang berasal dari klon-klon baru dan telah diteliti di berbagai pusat penelitian di
Indonesia.
Kegiatan pengembangan usahatani pembibitan karet di daerah Sanggau dan
Sintang telah berjalan cukup lama dengan ICRAF sebagai lembaga yang
membimbingnya. Pembinaan yang dilakukan ICRAF adalah memperkenalkan kepada
petani mengenai bibit yang baik, membentuk kelompok tani pembibitan karet,
melakukan pelatihan dan pembinaan teknik pembibitan yang baik dan pemberian
motivasi dalam pengelolaan pembibitan. Melalui pembinaan ini diharapkan hasil
produksi bibit karet dapat memberikan manfaat kepada petani-petani karet. Meskipun
pembinaan telah banyak dilakukan, perkembangan usahatani pembibitan masih
menghadapi beberapa kendala. Kendala - kendala tersebut antara lain munculnya
usahatani pembibitan yang dikelola secara pribadi, belum luasnya daerah pemasaran
bibit yang dihasilkan, serangan hama dan penyakit, teknologi pembibitan yang masih
sederhana, harga jual bibit karet yang masih rendah dan minimnya keahlian serta
pengetahuan untuk menghasilkan bibit klon unggul.
Usahatani pembibitan karet di Kalimantan Barat di daerah Sanggau dan
Sintang telah mengalami perkembangan dalam peningkatan produksi bibit tiap
tahunnya. Untuk tahun 2004, masing-masing pembibitan di dua daerah tersebut telah
dapat memproduksi lebih dari 5000 batang bibit tanaman karet. Peningkatan produksi
bibit karet ini harus dapat meningkatkan pendapatan petani khususnya dan sektor
pertanian pada umumnya. Peningkatan produksi yang besar apabila tidak diimbangi
dengan pemasaran yang baik justru akan membawa akibat sebaliknya bagi petani
yaitu pendapatannya menurun karena harga bibit karet murah dan terdapat pasokan
bibit dari lokasi pembibitan lain di luar dua kabupaten ini.
Melihat kendala-kendala yang muncul dalam perkembangan usahatani
pembibitan karet tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mendalami dan
mengkaji masalah-masalah tersebut dan pada akhirnya diharapkan akan didapat
pemecahannya demi kelangsungan usahatani pembibitan karet di daerah Sanggau dan
Sintang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pendapatan Petani Penangkar Bibit Karet
Setelah penelitian dilakukan didapatkan hasil penelitian bahwa pendapatan
rata-rata petani penangkar bibit karet pada dua desa tersebut cukup besar, yaitu Rp.
Rp. 13.251. 299,61 dalam luasan lahan rata-rata 0,45 hektar dalam satu tahun. Berarti
dalam tiap bulannya petani penangkar rata-rata memiliki pendapatan sebesar
Rp.1.104. 274, 97 yang menandakan bahwa pendapatan mereka cukup besar dan ini
pula yang menjadi alasan mereka menjadikan pembibitan karet menjadi pekerjaan
utama mereka. Meskipun demikian, ketertarikan mereka baru muncul 2 tahun
belakangan ini. Hal ini diawali dengan melihat kesuksesan petani penangkar bibit
karet sebelumnya sehingga mereka juga tertarik untuk mengusahakan pembibitan
karet klon unggul.
B. Kelembagaan Kelompok Dan Pemasaran Pembibitan Karet
Kelompok usahatani yang mereka miliki merupakan kelompok yang
berbentuk informal. Artinya, kelompok mereka tidak memiliki status atau tidak
dilegitimasi secara hukum. Mereka tidak memiliki struktur organisasi yang lengkap,
dalam kelompok tersebut hanya terdapat satu orang ketua dan selebihnya adalah
merupakan anggota kelompok. Karena merupakan kelompok informal yang status
keanggotaannya tidak mengikat maka para anggota dapat keluar maupun masuk
menjadi anggota kelompok dengan bebas tanpa ada aturan yang mengikat mereka.
Begitu pula dengan manajemen pembukuan dalam kelompok, mereka tidak memiliki
pembukuan yang mengatur pemasukan maupun pengeluaran yang terjadi dalam
transaksi jual beli bibit karet milik mereka, sehingga mereka hanya dapat
memperkirakan besar keuntungan yang mereka miliki setiap menjual bibit karet milik
mereka.
Sistem pemasaran yang mereka gunakan adalah merupakan sistem pemasaran
secara langsung, dimana bibit karet yang mereka produksi langsung mereka jual
kepada konsumen bibit karet mereka yang biasanya adalah proyek pemerintah
maupun petani karet sekitar. Mereka tidak menggunakan pedagang perantara apapun
dalam menjual bibit karet yang mereka miliki. Ketua kelompok dari dua desa tersebut
juga bukan merupakan pedagang pengumpul bibit karet tersebut karena mereka hanya
dijadikan tempat untuk mengumpulkan bibit-bibit karet dari tiap anggota kelompok
dengan tujuan untuk memudahkan dalam pengangkutan dan pemasaran kepada
konsumen. Harga yang diterima oleh petani penangkar dengan harga bibit karet yang
dijual adalah sama. Setelah bibit diterima oleh konsumen dan dibayar, kemudian hasil
penjualan tersebut diberikan kepada masing-masing anggota sesuai dengan jumlah
bibit yang mereka hasilkan. Tujuan dari responden masuk menjadi anggota kelompok
pembibitan, baik di Desa Mait Hilir maupun Desa Maringin Jaya adalah sama, yaitu
untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Dengan menjadi anggota kelompok,
maka perekonomian keluarga menjadi lebih meningkat yang disebabkan biaya
produksi yang mereka keluarkan menjadi lebih sedikit.
Berdasarkan hasil penelitian, kepaduan dalam kelompok pembibitan karet
daerah Sintang maupun Sanggau cukup tinggi. Yang membedakan antara kelompok
pembibitan Desa Mait Hilir dengan Desa Maringin Jaya adalah asal dari para anggota
kelompok. Anggota kelompok pembibitan Desa Mait Hilir merupakan para
transmigran dari Pulau Jawa, sedangkan kelompok pembibitan Desa Maringin Jaya
merupakan campuran antara warga Melayu pendatang dengan penduduk asli Sanggau
(Dayak). Perbedaan tersebut menjadikan kelompok pembibitan di Desa Mait Hilir
lebih kompak dan mampu memiliki banyak anggota. Hal ini dikarenakan antusiasme
dan rasa persaudaraan yang cukup kuat sehingga para warga Desa Mait Hilir banyak
yang menjadi anggota kelompok.
Yang membedakan antara kelompok pembibitan Desa Mait Hilir dengan Desa
Maringin Jaya adalah asal dari para anggota kelompok. Anggota kelompok
pembibitan Desa Mait Hilir merupakan para transmigran dari Pulau Jawa, sedangkan
kelompok pembibitan Desa Maringin Jaya merupakan campuran antara warga Melayu
pendatang dengan penduduk asli Sanggau (Dayak). Perbedaan tersebut menjadikan
kelompok pembibitan di Desa Mait Hilir lebih kompak dan mampu memiliki banyak
anggota. Hal ini dikarenakan antusiasme dan rasa persaudaraan yang cukup kuat
sehingga para warga Desa Mait Hilir banyak yang menjadi anggota kelompok.
Meskipun demikian, dua kelompok tersebut memiliki kepaduan (cohesivitas) yang
cukup tinggi. Tidak pernah ada konflik yang muncul dalam kelompok mereka.
Kepemimpinan merupakan hal yang penting dalam kelangsungan hidup suatu
kelompok. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan
orang lain, sehingga mereka bertindak dan berperilaku sebagaimana diharapkan,
terutama bagi tercapainya tujuan yang diinginkan. Peran kedua ketua kelompok pada
masing-masing kelompoknya dirasakan oleh para anggota cukup memberikan andil
dalam kemajuan kelompok mereka. Peran dari ketua kelompok Desa Mait Hilir untuk
menciptakan iklim yang sehat dalam kelompok cukup berhasil. Segala urusan yang
berkaitan dengan usaha pembibitan, terutama pemesanan bibit karet selalu
dibicarakan di dalam musyawarah meskipun tidak rutin dilakukan. Begitu pula
dengan kelompok Desa Maringin Jaya, Peran ketua kelompok pembibitan Desa
Maringin Jaya (Muhamad Nuh) dalam memberikan semangat kepada anggota untuk
terus berproduksi menjadikan kelompok pembibitan karet ini dikenal oleh banyak
masyarakat sekitar daerah Parindu.
Kegiatan utama dari kelompok pembibitan karet di dua daerah tersebut adalah
sama, yaitu memasarkan bibit karet secara kelompok, bukan individu. Seluruh bibit
yang siap dipasarkan dikumpulkan pada satu tempat, di mana pada kedua kelompok
tersebut dikumpulkan ke ketua kelompok, yang kemudian ketua kelompok akan
memasarkan langsung ke konsumen. Tetapi ketua kelompok bukan merupakan
pedagang pengumpul, karena harga yang diterima oleh petani penangkar dengan
harga bibit karet yang dijual adalah sama. Setelah bibit diterima oleh konsumen dan
dibayar. Kemudian hasil penjualan tersebut diberikan kepada masing-masing anggota
sesuai dengan jumlah bibit yang mereka hasilkan.
C. Analisis SWOT
1. Analisis SWOT Usahatani Pembibitan Karet
a. Analisis Faktor Internal Usahatani Pembibitan Karet
a. 1. Faktor Kekuatan (Strengths), yaitu menganalisis variabel-variabel kekuatan yang
dimiliki oleh petani dalam pemasaran bibit karet klon PB 260. Adapun variabel
kekuatan tersebut adalah :
a. Informasi pasar tersedia
Secara umum, petani penangkar bibit karet tidak mengalami kesulitan ataupun
merasa kurang dalam mendapatkan informasi mengenai pasar, terutama mengenai
harga dari sarana produksi penunjang pembibitan karet seperti pupuk, herbisida,
alat-alat pertanian serta harga jual dari bibit karet. Hasil analisis pada variabel ini
didapatkan nilai bobot sebesar 0,106 dan nilai ratingnya 3, artinya adalah
tersedianya informasi pasar mengenai bibit karet mempunyai pengaruh yang baik
dan penting.
b. Luas lahan yang cukup tersedia
Para petani merasakan lahan yang mereka miliki saat ini belum mencukupi,
mengingat meningkatnya permintaan akan bibit karet maka dengan luas lahan
yang mereka miliki masih kurang. Hasil analisis pada variabel ini didapatkan nilai
bobot sebesar 0,127 dan nilai ratingnya 1, artinya adalah variabel ini dirasakan
tidak begitu baik pengaruhnya bagi petani penangkar bibit karet.
c. Banyak menyerap tenaga kerja
Penyerapan tenaga kerja yang lumayan besar terjadi disaat mengolah lahan
pembibitan mulai dari penebangan hingga pembakaran. Selanjutnya terjadi di
waktu penanaman dan pengokulasian. Hasil analisis pada variabel ini didapatkan
nilai bobot sebesar 0,098 dan nilai ratingnya 2, artinya adalah banyak menyerap
tenaga kerja tersebut dirasakan cukup baik pengaruhnya demi kemajuan dan
pengembangan usahatani pembibitan karet.
d. Pengalaman dalam usaha pembibitan karet
Di dua kelompok tersebut, masing-masing kelompok memiliki ketua kelompok
yang cukup berpengalaman dalam usahatani pembibitan. Hasil analisis pada
variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,139 dan nilai ratingnya 3, artinya
adalah variabel ini dirasakan memiliki pengaruh yang cukup baik terhadap
produktivitas petani penangkar.
e. Kualitas bibit yang dijual baik
Di kedua kelompok pembibitan karet tersebut telah menghasilkan bibit klon PB
260 dengan kualitas yang baik, karena sebelum pengiriman bibit kepada
konsumen, bibit-bibit tersebut telah disortir terlebih dahulu untuk menghindari
pemasaran bibit yang rusak dan tidak berkualitas. Hasil analisis pada variabel ini
didapatkan nilai bobot sebesar 0,114 dan nilai ratingnya 3, artinya variabel ini
mempunyai pengaruh yang baik bagi usaha pembibitan karet klon unggul dan
mempengaruhi pula dalam peningkatan jumlah permintaan konsumen akan bibit
karet.
a.2. Faktor Kelemahan (Weakness), yaitu menganalisis variabel-variabel kelemahan
yang mempengaruhi petani penangkar bibit dalam pemasaran bibit karet klon unggul.
Adapun variabel kelemahan tersebut, yaitu :
a. Terbatasnya sarana dan prasarana produksi
Hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,114 dan
nilai ratingnya 3, artinya adalah variabel ini mempunyai pengaruh yang cukup
jelek bagi usaha pembibitan karet dan mempengaruhi kelancaran produksi bibit
karet klon unggul.
b. Modal kerja terbatas
Hasil analisis pada variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,098 dan nilai
ratingnya 2, artinya adalah variabel ini memberikan pengaruh yang jelek bagi
petani penangkar bibit karet, yaitu dalam berproduksi bibit karet yang lebih
berkualitas.
c. Manajemen usahatani pembibitan masih sederhana
Masih sederhananya manajemen usahatani pembibitan tersebut membuat petani
kesulitan dalam menghitung jumlah input produksi yang masuk, maupun jumlah
bibit yang telah keluar, sehingga petani belum dapat menghitung pendapatan
bersih yang mereka terima. Dari hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan
nilai bobot sebesar 0,098 dan nilai ratingnya 2, artinya adalah manajemen
usahatani pembibitan yang masih sederhana ini memberikan pengaruh yang jelek
bagi para petani penangkar bibit karet
d. Teknik pembibitan masih sederhana
Saat ini para petani penangkar bibit masih belum terlalu memperhatikan
kesesuaian teknik pembibitan. Dari hasil penelitian terhadap variabel ini
didapatkan nilai bobot sebesar 0,106 dan nilai rating sebesar 3, artinya adalah
teknik pembibitan yang masih sederhana akan memberikan pengaruh yang cukup
jelek terhadap jumlah produksi bibit karet yang mampu dihasilkan oleh petani
penangkar bibit.
b. Analisis Faktor Eksternal Usahatani Pembibitan Karet
b.1. Faktor Peluang (Opportunities), yaitu menganalisis variabel-variabel peluang
yang dimiliki oleh petani penangkar bibit karet klon PB 260. Adapun variabel peluang
tersebut adalah :
a. Lingkungan alam yang mendukung dalam pengembangan usaha
Desa Mait Hilir dan Desa Maringin Jaya memiliki kondisi alam yang cukup baik
untuk pengembangan usahatani pembibitan. Dari hasil penelitian, untuk variabel
ini diperoleh nilai bobot sebesar 0,123 dan nilai ratingnya 3, artinya adalah
lingkungan alam daerah Mait Hilir memiliki pengaruh yang baik terhadap
pengembangan usaha pembibitan karet klon unggul.
b. Kemajuan teknologi, informasi, transportasi dan komunikasi
Teknologi, informasi dan transportasi di dua desa tersebut telah cukup maju,
sehingga petani penangkar bibit karet klon unggul dapat dengan mudah
memperoleh informasi penting untuk memajukan usahatani pembibitan karet yang
mereka miliki. Dari hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot
sebesar 0,109 dan nilai ratingnya 3, artinya adalah variabel ini memberikan
pengaruh yang baik bagi petani dalam mengembangkan usahanya.
c. Adanya pasokan dan informasi bibit baru dari klon unggul
Dari hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,100
dan nilai ratingnya 3, artinya adalah variabel ini memberikan pengaruh yang baik
bagi petani mengenai adanya pasokan dan informasi bibit karet baru dari klon
yang unggul.
d. Kesadaran masyarakat dalam menggunakan bibit baru dari klon anjuran
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan klon anjuran membuka
peluang bagi petani penangkar bibit karet untuk mengusahakan pembibitan karet
klon unggul, terutama klon PB 260. Hasil analisis pada variabel ini didapatkan
nilai bobot sebesar 0,136 dan nilai ratingnya 3, artinya adalah variabel ini
dirasakan baik pengaruhnya bagi petani penangkar bibit karet klon unggul
sehingga mereka dapat memproduksi bibit lebih banyak.
e. Kebijakan pemerintah akan gerakan karet nasional
pemerintah menghimbau kepada masyarakat terutama masyarakat di
daerah Sanggau ataupun Sintang untuk menanam tanaman karet di perkebunan
mereka. Hasil analisis dari variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,155 dan
nilai ratingnya 3, artinya adalah variabel ini dirasakan memiliki pengaruh yang
baik bagi petani penangkar bibit karet dalam peningkatan produktivitas usahatani
pembibitan karet mereka.
b.2. Faktor Ancaman (Threats), yaitu menganalisis variabel-variabel ancaman yang
dimiliki oleh petani penangkar bibit dalam usaha pembibitan karet. Adapun variabel
ancaman tersebut adalah :
a. Serangan hama dan penyakit
Dari hasil penelitian, variabel ini memiliki nilai bobot sebesar 0,073 dan nilai
ratingnya sebesar 3, artinya adalah variabel ini berpengaruh cukup jelek terhadap
produktivitas bibit karet yang diusahakan oleh petani. Serangan hama dan
penyakit yang paling dirasakan oleh petani penangkar bibit karet klon PB 260
adalah serangan penyakit gugur daun yang menyebabkan bibit karet dapat menjadi
mati.
b. Kenaikan biaya produksi
Kenaikan biaya produksi yang dirasakan oleh petani penangkar bibit karet
klon PB 260 adalah harga bahan penunjang seperti pupuk dan obat-obatan. Dari
hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,131 dan
nilai ratingnya sebesar 2, artinya variabel ini memberikan pengaruh yang jelek
bagi petani penangkar bibit karet klon PB 260.
c. Harga produk relatif murah
Secara umum, harga bibit karet klon unggul yang berkisar antara Rp.700-Rp.1000
dirasakan oleh petani penangkar bibit karet masih cukup rendah. Dari hasil
penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,100 dan nilai
ratingnya sebesar 1, artinya adalah variabel ini memberikan pengaruh yang sangat
jelek bagi petani penangkar bibit karet klon PB 260.
d. Pertumbuhan ekonomi yang rendah
Kelesuan perekonomian tersebut merupakan ancaman yang cukup berarti bagi
usaha pembibitan karet, karena masyarakat cenderung untuk tidak melakukan
usaha budidaya karet klon yang baru dan lebih mengutamakan mengusahakan
(mengelola) kebun karet yang sudah ada. Dari hasil penelitian terhadap variabel
ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,073 dan nilai ratingnya sebesar 3, artinya
adalah variabel ini memberikan pengaruh yang cukup jelek bagi petani penangkar
bibit karet klon PB 260.
2. Matrik SWOT
Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi usaha pembibitan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan internal yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan 4
set kemungkinan alternatif strategis, yaitu strategi SO (Strengths – Opportunities),
Strategi ST (Strengths – Threats), Strategi WO (Weakness – Opportunities) dan
Strategi WT (Weakness – Threats). Berdasarkan hasil penelitian pada faktor
lingkungan internal dan eksternal usaha pembibitan karet klon unggul dengan
menggunakan alat analisis matrik SWOT, diperoleh nilai analisis Matrik SWOT
untuk masing-masing strategi yaitu strategi SO sebesar 3,269; strategi ST sebesar
2,200; strategi WO sebesar 2,921 dan strategi WT sebesar 1,852.
Adapun alternatif strategi yang dapat direkomendasikan peneliti adalah
strategi SO yang memiliki nilai analisis Matrik SWOT terbesar. Strategi SO yang
dapat diterapkan oleh petani penangkar bibit karet adalah dengan meningkatkan
kualitas bibit karet klon unggul yang diproduksi, meningkatkan kualitas sumber daya
manusia petani penangkar bibit karet, memanfaatkan kemajuan teknologi, transportasi
dan komunikasi untuk meningkatkan pengalaman dan pengembangan pengetahuan
petani, memperluas atau menambah areal pembibitan serta bibit karet yang diproduksi
dan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen bibit karet.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Usahatani pembibitan karet klon unggul di daerah Sintang dan Sanggau
merupakan usahatani pembibitan karet dalam bentuk kelompok, terutama untuk
Desa Mait Hilir Kabupaten Sintang dan Desa Maringin Jaya Kabupaten Sanggau.
2. Dari hasil penelitian terhadap dua kelompok pembibitan karet klon unggul dalam
hal ini klon PB 260, diketahui pendapatan rata-rata dari petani penangkar bibit
karet klon PB 260 adalah Rp.13.251.299,61 untuk luasan lahan rata-rata 0,45
hektar setiap tahunnya. Pendapatan sebesar itu didapat oleh petani dari penjualan
bibit karet dengan kisaran harga Rp. 700 – Rp. 1000 per 1 batang Okulasi Mata
Tidur (OMAT) yang mereka hasilkan.
3. Kelembagaan yang terdapat pada usahatani pembibitan karet di Desa Mait Hilir
dan Desa Maringin Jaya merupakan kelompok informal yang tidak mempunyai
struktur organisasi yang lengkap. Hanya ada ketua kelompok dan selebihnya
adalah anggota kelompok, dengan sistem keanggotaan yang tidak mengikat.
4. Alternatif strategi pemasaran yang dapat digunakan oleh petani penangkar bibit
karet klon PB 260 dalam usaha pengembangan pembibitan karet miliknya adalah
berupa strategi SO (Strengths-Opportunities). Strategi ini adalah dengan
meningkatkan kualitas bibit karet klon unggul yang diproduksi, meningkatkan
kualitas SDM petani penangkar bibit karet, memanfaatkan kemajuan teknologi,
transportasi dan komunikasi untuk meningkatkan pengalaman dan pengembangan
pengetahuan petani, menambah areal pembibitan serta bibit karet yang diproduksi
dan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen bibit karet.
B. Saran
1. Permintaan pasar dunia akan produk karet merupakan peluang yang cukup besar
bagi negara Indonesia, khususnya daerah Kalimantan Barat yang sejak dahulu
masyarakat asli telah menanam karet. Mengingat peluang yang ada tersebut,
baiknya pemerintah selaku pengambil keputusan dapat memikirkan kebijakan
yang tepat yang dapat memberikan kesempatan bagi petani karet dan juga bagi
petani penangkar bibit karet untuk meningkatkan produktifitas usahatani karet
miliknya seoptimal mungkin. Dengan demikian, kedua pihak sama-sama
mendapatkan keuntungan; bagi pemerintah hal ini dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan bagi petani hal ini dapat meningkatkan
pendapatannya.
2. Perlu adanya struktur organisasi yang lengkap, manajemen pembukuan yang
teratur dan jelas demi kelangsungan kelompok usahatani pembibitan karet, baik di
Desa Mait Hilir Kabupaten Sintang maupun Desa Maringin Jaya Kabupaten
Sanggau. Dua kelompok tersebut telah memiliki dasar kelompok yang kuat,
yaitu ²royong², dan kekompakan sehingga dengan adanya kelengkapan struktur
organisasi dan sah di mata hukum maka keberadaan kelompok pembibitan karet
tersebut akan semakin mantap.
3. Petani penangkar bibit karet sebaiknya melakukan penanaman bibit karet
bermacam-macam klon dengan tingkat resistensi yang berbeda di lahan
pembibitan mereka. Ini bertujuan untuk menghindari apabila suatu saat terjadi
serangan hama dan penyakit secara eksplosif yang menyebabkan kematian
serempak pada bibit karet klon tertentu, petani masih memiliki cadangan bibit
karet yang dapat dijual dan petani tidak kehilangan sumber pendapatan.
4. Untuk dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, para petani
penangkar sebaiknya dapat melakukan diskusi-diskusi lintas kelompok, maupun
diskusi dengan pihak-pihak yang cukup berpengalaman mengenai pembibitan
karet klon unggul.
Pembibitan karet klon unggul merupakan langkah awal dalam pembudidayaan
tanaman karet. Bibit karet berkualitas yang digunakan akan menghasilkan tanaman
karet yang berkualitas pula. Untuk mendapatkan tanaman karet yang berkualitas,
dalam hal ini menghasilkan lateks yang banyak, tahan terhadap penyakit dan
pertumbuhan yang seragam diperlukan bibit yang berasal dari klon unggul yang telah
diuji kualitasnya di Balai-Balai Penelitian Karet di Indonesia. Pembibitan karet akan
lebih efektif apabila dikelola secara kelompok demi pengurangan biaya yang
dikeluarkan. Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus dimana lokasi dipilih
secara sengaja yaitu di Desa Mait Hilir Sintang dan Desa Maringin Jaya Sanggau,
dengan jumlah sampel sebanyak 17 orang petani penangkar bibit. Dalam penelitian
ini akan diketahui bagaimana tingkat pendapatan petani penangkar bibit, kelembagaan
dalam kelompok pembibitan dan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman untuk dapat membuat strategi pemasaran yang tepat.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan menggunakan perhitungan
pendapatan riil petani, analisis deskriptif terhadap kelompok pembibitan dengan
wawancara mendalam kepada responden dan analisis SWOT untuk mengetahui
strategi pemasaran yang tepat.
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendapatan petani penangkar bibit karet setiap tahun dalam luasan rata-rata 0,45
hektar adalah Rp. 13.251. 299,61. Kedua kelompok pembibitan karet tersebut
merupakan kelompok informal yang tidak memiliki struktur organisasi yang mengikat
status keanggotaan para anggota dengan sistem pemasaran yang dilakukan adalah
langsung menjual ke konsumen tanpa perantara. Strategi pemasaran yang dapat
digunakan oleh petani adalah dengan meningkatkan kualitas bibit yang diproduksi,
meningkatkan kualitas SDM petani penangkar, pemanfaatan kemajuan teknologi,
informasi dan komunikasi untuk mengembangkan pengetahuan petani, menambah
areal pembibitan dan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen bibit karet.
PENDAHULUAN
Kalimantan Barat memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan bidang
pertanian terutama sub sektor perkebunan. Masih luasnya lahan yang dimiliki oleh
daerah dan topografi daerah-daerah atau kabupaten-kabupaten yang berada di
Kalimantan Barat menjadi alasan hal tersebut. Selain direncanakan untuk dijadikan
pusat penanaman kelapa sawit nasional, melalui ICRAF daerah Kalimantan Barat
juga dijadikan salah satu daerah yang memiliki tanaman karet klon unggul dengan
produktivitas lateks yang tinggi . Langkah awal pengusahaan usahatani karet yang
baik adalah masyarakat petani karet perlu untuk menggunakan bahan tanam (bibit)
karet yang berkualitas dan mampu menghasilkan lateks yang tinggi.
Mengingat amat pentingnya bibit dalam menentukan perbaikan pembangunan
perkebunan karet, maka usahatani pembibitan perlu dikelola dengan baik. Sebuah
lembaga penelitian agroforestri otonom yang bersifat nirlaba yang dikenal dengan
International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) memperkenalkan
pengelolaan usahatani pembibitan dengan menggunakan bibit-bibit yang berkualitas
yang berasal dari klon-klon baru dan telah diteliti di berbagai pusat penelitian di
Indonesia.
Kegiatan pengembangan usahatani pembibitan karet di daerah Sanggau dan
Sintang telah berjalan cukup lama dengan ICRAF sebagai lembaga yang
membimbingnya. Pembinaan yang dilakukan ICRAF adalah memperkenalkan kepada
petani mengenai bibit yang baik, membentuk kelompok tani pembibitan karet,
melakukan pelatihan dan pembinaan teknik pembibitan yang baik dan pemberian
motivasi dalam pengelolaan pembibitan. Melalui pembinaan ini diharapkan hasil
produksi bibit karet dapat memberikan manfaat kepada petani-petani karet. Meskipun
pembinaan telah banyak dilakukan, perkembangan usahatani pembibitan masih
menghadapi beberapa kendala. Kendala - kendala tersebut antara lain munculnya
usahatani pembibitan yang dikelola secara pribadi, belum luasnya daerah pemasaran
bibit yang dihasilkan, serangan hama dan penyakit, teknologi pembibitan yang masih
sederhana, harga jual bibit karet yang masih rendah dan minimnya keahlian serta
pengetahuan untuk menghasilkan bibit klon unggul.
Usahatani pembibitan karet di Kalimantan Barat di daerah Sanggau dan
Sintang telah mengalami perkembangan dalam peningkatan produksi bibit tiap
tahunnya. Untuk tahun 2004, masing-masing pembibitan di dua daerah tersebut telah
dapat memproduksi lebih dari 5000 batang bibit tanaman karet. Peningkatan produksi
bibit karet ini harus dapat meningkatkan pendapatan petani khususnya dan sektor
pertanian pada umumnya. Peningkatan produksi yang besar apabila tidak diimbangi
dengan pemasaran yang baik justru akan membawa akibat sebaliknya bagi petani
yaitu pendapatannya menurun karena harga bibit karet murah dan terdapat pasokan
bibit dari lokasi pembibitan lain di luar dua kabupaten ini.
Melihat kendala-kendala yang muncul dalam perkembangan usahatani
pembibitan karet tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mendalami dan
mengkaji masalah-masalah tersebut dan pada akhirnya diharapkan akan didapat
pemecahannya demi kelangsungan usahatani pembibitan karet di daerah Sanggau dan
Sintang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pendapatan Petani Penangkar Bibit Karet
Setelah penelitian dilakukan didapatkan hasil penelitian bahwa pendapatan
rata-rata petani penangkar bibit karet pada dua desa tersebut cukup besar, yaitu Rp.
Rp. 13.251. 299,61 dalam luasan lahan rata-rata 0,45 hektar dalam satu tahun. Berarti
dalam tiap bulannya petani penangkar rata-rata memiliki pendapatan sebesar
Rp.1.104. 274, 97 yang menandakan bahwa pendapatan mereka cukup besar dan ini
pula yang menjadi alasan mereka menjadikan pembibitan karet menjadi pekerjaan
utama mereka. Meskipun demikian, ketertarikan mereka baru muncul 2 tahun
belakangan ini. Hal ini diawali dengan melihat kesuksesan petani penangkar bibit
karet sebelumnya sehingga mereka juga tertarik untuk mengusahakan pembibitan
karet klon unggul.
B. Kelembagaan Kelompok Dan Pemasaran Pembibitan Karet
Kelompok usahatani yang mereka miliki merupakan kelompok yang
berbentuk informal. Artinya, kelompok mereka tidak memiliki status atau tidak
dilegitimasi secara hukum. Mereka tidak memiliki struktur organisasi yang lengkap,
dalam kelompok tersebut hanya terdapat satu orang ketua dan selebihnya adalah
merupakan anggota kelompok. Karena merupakan kelompok informal yang status
keanggotaannya tidak mengikat maka para anggota dapat keluar maupun masuk
menjadi anggota kelompok dengan bebas tanpa ada aturan yang mengikat mereka.
Begitu pula dengan manajemen pembukuan dalam kelompok, mereka tidak memiliki
pembukuan yang mengatur pemasukan maupun pengeluaran yang terjadi dalam
transaksi jual beli bibit karet milik mereka, sehingga mereka hanya dapat
memperkirakan besar keuntungan yang mereka miliki setiap menjual bibit karet milik
mereka.
Sistem pemasaran yang mereka gunakan adalah merupakan sistem pemasaran
secara langsung, dimana bibit karet yang mereka produksi langsung mereka jual
kepada konsumen bibit karet mereka yang biasanya adalah proyek pemerintah
maupun petani karet sekitar. Mereka tidak menggunakan pedagang perantara apapun
dalam menjual bibit karet yang mereka miliki. Ketua kelompok dari dua desa tersebut
juga bukan merupakan pedagang pengumpul bibit karet tersebut karena mereka hanya
dijadikan tempat untuk mengumpulkan bibit-bibit karet dari tiap anggota kelompok
dengan tujuan untuk memudahkan dalam pengangkutan dan pemasaran kepada
konsumen. Harga yang diterima oleh petani penangkar dengan harga bibit karet yang
dijual adalah sama. Setelah bibit diterima oleh konsumen dan dibayar, kemudian hasil
penjualan tersebut diberikan kepada masing-masing anggota sesuai dengan jumlah
bibit yang mereka hasilkan. Tujuan dari responden masuk menjadi anggota kelompok
pembibitan, baik di Desa Mait Hilir maupun Desa Maringin Jaya adalah sama, yaitu
untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Dengan menjadi anggota kelompok,
maka perekonomian keluarga menjadi lebih meningkat yang disebabkan biaya
produksi yang mereka keluarkan menjadi lebih sedikit.
Berdasarkan hasil penelitian, kepaduan dalam kelompok pembibitan karet
daerah Sintang maupun Sanggau cukup tinggi. Yang membedakan antara kelompok
pembibitan Desa Mait Hilir dengan Desa Maringin Jaya adalah asal dari para anggota
kelompok. Anggota kelompok pembibitan Desa Mait Hilir merupakan para
transmigran dari Pulau Jawa, sedangkan kelompok pembibitan Desa Maringin Jaya
merupakan campuran antara warga Melayu pendatang dengan penduduk asli Sanggau
(Dayak). Perbedaan tersebut menjadikan kelompok pembibitan di Desa Mait Hilir
lebih kompak dan mampu memiliki banyak anggota. Hal ini dikarenakan antusiasme
dan rasa persaudaraan yang cukup kuat sehingga para warga Desa Mait Hilir banyak
yang menjadi anggota kelompok.
Yang membedakan antara kelompok pembibitan Desa Mait Hilir dengan Desa
Maringin Jaya adalah asal dari para anggota kelompok. Anggota kelompok
pembibitan Desa Mait Hilir merupakan para transmigran dari Pulau Jawa, sedangkan
kelompok pembibitan Desa Maringin Jaya merupakan campuran antara warga Melayu
pendatang dengan penduduk asli Sanggau (Dayak). Perbedaan tersebut menjadikan
kelompok pembibitan di Desa Mait Hilir lebih kompak dan mampu memiliki banyak
anggota. Hal ini dikarenakan antusiasme dan rasa persaudaraan yang cukup kuat
sehingga para warga Desa Mait Hilir banyak yang menjadi anggota kelompok.
Meskipun demikian, dua kelompok tersebut memiliki kepaduan (cohesivitas) yang
cukup tinggi. Tidak pernah ada konflik yang muncul dalam kelompok mereka.
Kepemimpinan merupakan hal yang penting dalam kelangsungan hidup suatu
kelompok. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan
orang lain, sehingga mereka bertindak dan berperilaku sebagaimana diharapkan,
terutama bagi tercapainya tujuan yang diinginkan. Peran kedua ketua kelompok pada
masing-masing kelompoknya dirasakan oleh para anggota cukup memberikan andil
dalam kemajuan kelompok mereka. Peran dari ketua kelompok Desa Mait Hilir untuk
menciptakan iklim yang sehat dalam kelompok cukup berhasil. Segala urusan yang
berkaitan dengan usaha pembibitan, terutama pemesanan bibit karet selalu
dibicarakan di dalam musyawarah meskipun tidak rutin dilakukan. Begitu pula
dengan kelompok Desa Maringin Jaya, Peran ketua kelompok pembibitan Desa
Maringin Jaya (Muhamad Nuh) dalam memberikan semangat kepada anggota untuk
terus berproduksi menjadikan kelompok pembibitan karet ini dikenal oleh banyak
masyarakat sekitar daerah Parindu.
Kegiatan utama dari kelompok pembibitan karet di dua daerah tersebut adalah
sama, yaitu memasarkan bibit karet secara kelompok, bukan individu. Seluruh bibit
yang siap dipasarkan dikumpulkan pada satu tempat, di mana pada kedua kelompok
tersebut dikumpulkan ke ketua kelompok, yang kemudian ketua kelompok akan
memasarkan langsung ke konsumen. Tetapi ketua kelompok bukan merupakan
pedagang pengumpul, karena harga yang diterima oleh petani penangkar dengan
harga bibit karet yang dijual adalah sama. Setelah bibit diterima oleh konsumen dan
dibayar. Kemudian hasil penjualan tersebut diberikan kepada masing-masing anggota
sesuai dengan jumlah bibit yang mereka hasilkan.
C. Analisis SWOT
1. Analisis SWOT Usahatani Pembibitan Karet
a. Analisis Faktor Internal Usahatani Pembibitan Karet
a. 1. Faktor Kekuatan (Strengths), yaitu menganalisis variabel-variabel kekuatan yang
dimiliki oleh petani dalam pemasaran bibit karet klon PB 260. Adapun variabel
kekuatan tersebut adalah :
a. Informasi pasar tersedia
Secara umum, petani penangkar bibit karet tidak mengalami kesulitan ataupun
merasa kurang dalam mendapatkan informasi mengenai pasar, terutama mengenai
harga dari sarana produksi penunjang pembibitan karet seperti pupuk, herbisida,
alat-alat pertanian serta harga jual dari bibit karet. Hasil analisis pada variabel ini
didapatkan nilai bobot sebesar 0,106 dan nilai ratingnya 3, artinya adalah
tersedianya informasi pasar mengenai bibit karet mempunyai pengaruh yang baik
dan penting.
b. Luas lahan yang cukup tersedia
Para petani merasakan lahan yang mereka miliki saat ini belum mencukupi,
mengingat meningkatnya permintaan akan bibit karet maka dengan luas lahan
yang mereka miliki masih kurang. Hasil analisis pada variabel ini didapatkan nilai
bobot sebesar 0,127 dan nilai ratingnya 1, artinya adalah variabel ini dirasakan
tidak begitu baik pengaruhnya bagi petani penangkar bibit karet.
c. Banyak menyerap tenaga kerja
Penyerapan tenaga kerja yang lumayan besar terjadi disaat mengolah lahan
pembibitan mulai dari penebangan hingga pembakaran. Selanjutnya terjadi di
waktu penanaman dan pengokulasian. Hasil analisis pada variabel ini didapatkan
nilai bobot sebesar 0,098 dan nilai ratingnya 2, artinya adalah banyak menyerap
tenaga kerja tersebut dirasakan cukup baik pengaruhnya demi kemajuan dan
pengembangan usahatani pembibitan karet.
d. Pengalaman dalam usaha pembibitan karet
Di dua kelompok tersebut, masing-masing kelompok memiliki ketua kelompok
yang cukup berpengalaman dalam usahatani pembibitan. Hasil analisis pada
variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,139 dan nilai ratingnya 3, artinya
adalah variabel ini dirasakan memiliki pengaruh yang cukup baik terhadap
produktivitas petani penangkar.
e. Kualitas bibit yang dijual baik
Di kedua kelompok pembibitan karet tersebut telah menghasilkan bibit klon PB
260 dengan kualitas yang baik, karena sebelum pengiriman bibit kepada
konsumen, bibit-bibit tersebut telah disortir terlebih dahulu untuk menghindari
pemasaran bibit yang rusak dan tidak berkualitas. Hasil analisis pada variabel ini
didapatkan nilai bobot sebesar 0,114 dan nilai ratingnya 3, artinya variabel ini
mempunyai pengaruh yang baik bagi usaha pembibitan karet klon unggul dan
mempengaruhi pula dalam peningkatan jumlah permintaan konsumen akan bibit
karet.
a.2. Faktor Kelemahan (Weakness), yaitu menganalisis variabel-variabel kelemahan
yang mempengaruhi petani penangkar bibit dalam pemasaran bibit karet klon unggul.
Adapun variabel kelemahan tersebut, yaitu :
a. Terbatasnya sarana dan prasarana produksi
Hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,114 dan
nilai ratingnya 3, artinya adalah variabel ini mempunyai pengaruh yang cukup
jelek bagi usaha pembibitan karet dan mempengaruhi kelancaran produksi bibit
karet klon unggul.
b. Modal kerja terbatas
Hasil analisis pada variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,098 dan nilai
ratingnya 2, artinya adalah variabel ini memberikan pengaruh yang jelek bagi
petani penangkar bibit karet, yaitu dalam berproduksi bibit karet yang lebih
berkualitas.
c. Manajemen usahatani pembibitan masih sederhana
Masih sederhananya manajemen usahatani pembibitan tersebut membuat petani
kesulitan dalam menghitung jumlah input produksi yang masuk, maupun jumlah
bibit yang telah keluar, sehingga petani belum dapat menghitung pendapatan
bersih yang mereka terima. Dari hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan
nilai bobot sebesar 0,098 dan nilai ratingnya 2, artinya adalah manajemen
usahatani pembibitan yang masih sederhana ini memberikan pengaruh yang jelek
bagi para petani penangkar bibit karet
d. Teknik pembibitan masih sederhana
Saat ini para petani penangkar bibit masih belum terlalu memperhatikan
kesesuaian teknik pembibitan. Dari hasil penelitian terhadap variabel ini
didapatkan nilai bobot sebesar 0,106 dan nilai rating sebesar 3, artinya adalah
teknik pembibitan yang masih sederhana akan memberikan pengaruh yang cukup
jelek terhadap jumlah produksi bibit karet yang mampu dihasilkan oleh petani
penangkar bibit.
b. Analisis Faktor Eksternal Usahatani Pembibitan Karet
b.1. Faktor Peluang (Opportunities), yaitu menganalisis variabel-variabel peluang
yang dimiliki oleh petani penangkar bibit karet klon PB 260. Adapun variabel peluang
tersebut adalah :
a. Lingkungan alam yang mendukung dalam pengembangan usaha
Desa Mait Hilir dan Desa Maringin Jaya memiliki kondisi alam yang cukup baik
untuk pengembangan usahatani pembibitan. Dari hasil penelitian, untuk variabel
ini diperoleh nilai bobot sebesar 0,123 dan nilai ratingnya 3, artinya adalah
lingkungan alam daerah Mait Hilir memiliki pengaruh yang baik terhadap
pengembangan usaha pembibitan karet klon unggul.
b. Kemajuan teknologi, informasi, transportasi dan komunikasi
Teknologi, informasi dan transportasi di dua desa tersebut telah cukup maju,
sehingga petani penangkar bibit karet klon unggul dapat dengan mudah
memperoleh informasi penting untuk memajukan usahatani pembibitan karet yang
mereka miliki. Dari hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot
sebesar 0,109 dan nilai ratingnya 3, artinya adalah variabel ini memberikan
pengaruh yang baik bagi petani dalam mengembangkan usahanya.
c. Adanya pasokan dan informasi bibit baru dari klon unggul
Dari hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,100
dan nilai ratingnya 3, artinya adalah variabel ini memberikan pengaruh yang baik
bagi petani mengenai adanya pasokan dan informasi bibit karet baru dari klon
yang unggul.
d. Kesadaran masyarakat dalam menggunakan bibit baru dari klon anjuran
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan klon anjuran membuka
peluang bagi petani penangkar bibit karet untuk mengusahakan pembibitan karet
klon unggul, terutama klon PB 260. Hasil analisis pada variabel ini didapatkan
nilai bobot sebesar 0,136 dan nilai ratingnya 3, artinya adalah variabel ini
dirasakan baik pengaruhnya bagi petani penangkar bibit karet klon unggul
sehingga mereka dapat memproduksi bibit lebih banyak.
e. Kebijakan pemerintah akan gerakan karet nasional
pemerintah menghimbau kepada masyarakat terutama masyarakat di
daerah Sanggau ataupun Sintang untuk menanam tanaman karet di perkebunan
mereka. Hasil analisis dari variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,155 dan
nilai ratingnya 3, artinya adalah variabel ini dirasakan memiliki pengaruh yang
baik bagi petani penangkar bibit karet dalam peningkatan produktivitas usahatani
pembibitan karet mereka.
b.2. Faktor Ancaman (Threats), yaitu menganalisis variabel-variabel ancaman yang
dimiliki oleh petani penangkar bibit dalam usaha pembibitan karet. Adapun variabel
ancaman tersebut adalah :
a. Serangan hama dan penyakit
Dari hasil penelitian, variabel ini memiliki nilai bobot sebesar 0,073 dan nilai
ratingnya sebesar 3, artinya adalah variabel ini berpengaruh cukup jelek terhadap
produktivitas bibit karet yang diusahakan oleh petani. Serangan hama dan
penyakit yang paling dirasakan oleh petani penangkar bibit karet klon PB 260
adalah serangan penyakit gugur daun yang menyebabkan bibit karet dapat menjadi
mati.
b. Kenaikan biaya produksi
Kenaikan biaya produksi yang dirasakan oleh petani penangkar bibit karet
klon PB 260 adalah harga bahan penunjang seperti pupuk dan obat-obatan. Dari
hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,131 dan
nilai ratingnya sebesar 2, artinya variabel ini memberikan pengaruh yang jelek
bagi petani penangkar bibit karet klon PB 260.
c. Harga produk relatif murah
Secara umum, harga bibit karet klon unggul yang berkisar antara Rp.700-Rp.1000
dirasakan oleh petani penangkar bibit karet masih cukup rendah. Dari hasil
penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,100 dan nilai
ratingnya sebesar 1, artinya adalah variabel ini memberikan pengaruh yang sangat
jelek bagi petani penangkar bibit karet klon PB 260.
d. Pertumbuhan ekonomi yang rendah
Kelesuan perekonomian tersebut merupakan ancaman yang cukup berarti bagi
usaha pembibitan karet, karena masyarakat cenderung untuk tidak melakukan
usaha budidaya karet klon yang baru dan lebih mengutamakan mengusahakan
(mengelola) kebun karet yang sudah ada. Dari hasil penelitian terhadap variabel
ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,073 dan nilai ratingnya sebesar 3, artinya
adalah variabel ini memberikan pengaruh yang cukup jelek bagi petani penangkar
bibit karet klon PB 260.
2. Matrik SWOT
Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi usaha pembibitan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan internal yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan 4
set kemungkinan alternatif strategis, yaitu strategi SO (Strengths – Opportunities),
Strategi ST (Strengths – Threats), Strategi WO (Weakness – Opportunities) dan
Strategi WT (Weakness – Threats). Berdasarkan hasil penelitian pada faktor
lingkungan internal dan eksternal usaha pembibitan karet klon unggul dengan
menggunakan alat analisis matrik SWOT, diperoleh nilai analisis Matrik SWOT
untuk masing-masing strategi yaitu strategi SO sebesar 3,269; strategi ST sebesar
2,200; strategi WO sebesar 2,921 dan strategi WT sebesar 1,852.
Adapun alternatif strategi yang dapat direkomendasikan peneliti adalah
strategi SO yang memiliki nilai analisis Matrik SWOT terbesar. Strategi SO yang
dapat diterapkan oleh petani penangkar bibit karet adalah dengan meningkatkan
kualitas bibit karet klon unggul yang diproduksi, meningkatkan kualitas sumber daya
manusia petani penangkar bibit karet, memanfaatkan kemajuan teknologi, transportasi
dan komunikasi untuk meningkatkan pengalaman dan pengembangan pengetahuan
petani, memperluas atau menambah areal pembibitan serta bibit karet yang diproduksi
dan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen bibit karet.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Usahatani pembibitan karet klon unggul di daerah Sintang dan Sanggau
merupakan usahatani pembibitan karet dalam bentuk kelompok, terutama untuk
Desa Mait Hilir Kabupaten Sintang dan Desa Maringin Jaya Kabupaten Sanggau.
2. Dari hasil penelitian terhadap dua kelompok pembibitan karet klon unggul dalam
hal ini klon PB 260, diketahui pendapatan rata-rata dari petani penangkar bibit
karet klon PB 260 adalah Rp.13.251.299,61 untuk luasan lahan rata-rata 0,45
hektar setiap tahunnya. Pendapatan sebesar itu didapat oleh petani dari penjualan
bibit karet dengan kisaran harga Rp. 700 – Rp. 1000 per 1 batang Okulasi Mata
Tidur (OMAT) yang mereka hasilkan.
3. Kelembagaan yang terdapat pada usahatani pembibitan karet di Desa Mait Hilir
dan Desa Maringin Jaya merupakan kelompok informal yang tidak mempunyai
struktur organisasi yang lengkap. Hanya ada ketua kelompok dan selebihnya
adalah anggota kelompok, dengan sistem keanggotaan yang tidak mengikat.
4. Alternatif strategi pemasaran yang dapat digunakan oleh petani penangkar bibit
karet klon PB 260 dalam usaha pengembangan pembibitan karet miliknya adalah
berupa strategi SO (Strengths-Opportunities). Strategi ini adalah dengan
meningkatkan kualitas bibit karet klon unggul yang diproduksi, meningkatkan
kualitas SDM petani penangkar bibit karet, memanfaatkan kemajuan teknologi,
transportasi dan komunikasi untuk meningkatkan pengalaman dan pengembangan
pengetahuan petani, menambah areal pembibitan serta bibit karet yang diproduksi
dan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen bibit karet.
B. Saran
1. Permintaan pasar dunia akan produk karet merupakan peluang yang cukup besar
bagi negara Indonesia, khususnya daerah Kalimantan Barat yang sejak dahulu
masyarakat asli telah menanam karet. Mengingat peluang yang ada tersebut,
baiknya pemerintah selaku pengambil keputusan dapat memikirkan kebijakan
yang tepat yang dapat memberikan kesempatan bagi petani karet dan juga bagi
petani penangkar bibit karet untuk meningkatkan produktifitas usahatani karet
miliknya seoptimal mungkin. Dengan demikian, kedua pihak sama-sama
mendapatkan keuntungan; bagi pemerintah hal ini dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan bagi petani hal ini dapat meningkatkan
pendapatannya.
2. Perlu adanya struktur organisasi yang lengkap, manajemen pembukuan yang
teratur dan jelas demi kelangsungan kelompok usahatani pembibitan karet, baik di
Desa Mait Hilir Kabupaten Sintang maupun Desa Maringin Jaya Kabupaten
Sanggau. Dua kelompok tersebut telah memiliki dasar kelompok yang kuat,
yaitu ²royong², dan kekompakan sehingga dengan adanya kelengkapan struktur
organisasi dan sah di mata hukum maka keberadaan kelompok pembibitan karet
tersebut akan semakin mantap.
3. Petani penangkar bibit karet sebaiknya melakukan penanaman bibit karet
bermacam-macam klon dengan tingkat resistensi yang berbeda di lahan
pembibitan mereka. Ini bertujuan untuk menghindari apabila suatu saat terjadi
serangan hama dan penyakit secara eksplosif yang menyebabkan kematian
serempak pada bibit karet klon tertentu, petani masih memiliki cadangan bibit
karet yang dapat dijual dan petani tidak kehilangan sumber pendapatan.
4. Untuk dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, para petani
penangkar sebaiknya dapat melakukan diskusi-diskusi lintas kelompok, maupun
diskusi dengan pihak-pihak yang cukup berpengalaman mengenai pembibitan
karet klon unggul.
Diposting oleh
Maya Indah
komentar (0)
ABSTRACT
Bila investor berinvestasi, apapun jenisnya, unsur utama pertimbangan investor adalah tingkat pengembalian dan tingkat risiko.Setiap investor yang ingin mendapatkan kembali namun, terbaik realitas, investor menghadapi ketidakpastian disebut dengan risiko.Melakukan diversifikasi, investor mengurangi resiko dan memaksimalkan tingkat saya diharapkan kembali.Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk komposisi portofolio. Untuk portofolio optimal, investor dapat memilih proporsi portofolio aset.Objektivitas artikel ini review adalah untuk melihat efektivitas beberapa metode analisis seperti Markowitz, SIM dan CAPM, yang digunakan oleh investor untuk menentukan kinerja saham.Dari beberapa literatur, kita dapat menganalisis bahwa Markowitz, SIM, dan model CAPM sangat berguna untuk menentukan proporsi dana yang akan diinvestasikan. Beberapa dukungan untuk aplikasi teknologi baru dan formula membuat lebih mudah untuk diimplementasikan.
PENDAHULUAN
Investasi merupakan sebuah cara alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai aset di masa depan, dengan melakukan investasi, menurunnya purchasing power akibat inflasi dapat di ofsett oleh return yang di dapatkan dari investasi. investasi sendiri dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu :
1. Investasi pada real asset
2. Investasi pada financial asset
Investasi pada real asset dapat dilakukan dengan membeli peralatan, pendirian pabrik, perbaikan mesin produksi, dll. Sedangkan investasi pada financial asset (instrumen keuangan) dapat dilakukan pada pasar uang (berupa sertifikat deposito, commercial papper, dll) maupun pasar modal (berupa saham, obligasi, dll).
Investor pada umumnya merupakan pihak yang sangat tidak menyukai resiko tetapi menginginkan return yang maksimal, untuk itulah dewasa ini, investasi di sektor financial menjadi primadona di kalangan investor, karena menjanjikan tingkat return yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi di sektor real asset maupun di pasar uang. Pada tahun 1992-1998 nilai emisi dan nilai kapitalisasi di pasar modal tumbuh rata-rata 44,9%, dan 61,31% per tahun. Padahal pada periode yang sama dana masyarakat, aktiva dan kredit perbankan hanya tumbuh masing-masing sebesar 24,76%, 23,12%, dan 22,37% (Achsien, 2003 dalam Yuliastuti 2007).
Meskipun investasi di pasar modal menjanjikan tingkat return yang lebih tinggi, namun kita perlu ingat bahwa semakin besar return, maka tingkat resiko-nya akan semakin besar pula. Untuk itulah sebagai seorang investor yang rasional, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah bagaimana investasi dapat menghasilkan return optimal pada tingkat resiko yang minimal.
Dalam memaksimalkan return dan meminimalkan resiko, investor dapat melakukan diversifikasi, diversifikasi dapat diwujudkan dengan cara mengkombinasikan berbagai pilihan saham dalam investasinya (membentuk portofolio saham optimal). Melalui portofolio ini investor dapat memaksimalkan keuntungan yang diharapkan dari investasi dengan tingkat risiko tertentu atau berusaha meminimalkan risiko untuk sasaran tingkat keuntungan tertentu.
Menurut Tandelilin (2000:9) ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik. Sedangkan strategi portofolio pasif meliputi aktivitas investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar.
Semua investor tentunya mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyertaan modalnya ke perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak investor harus melakukan suatu analisis terhadap saham-saham yang akan dibeli. Hasil analisis dapat digunakan untuk pembentukan portofolio investasi. Analisis terhadap saham harus dilakukan dengan teliti, terutama mengenai tingkat return dan risk. Dengan adanya analisis, diharapkan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang tepat akan dapat memberikan hasil yang optimal.
PERMASALAHAN
Kegagalan para investor dalam membentuk portofolio yang optimal pada umumnya disebabkan karena investor mendapatkan informasi yang terlalu banyak (overload informasi), sehingga investor tidak bisa mengambil informasi yang paling relevan dan paling dibutuhkan dalam membuat portofolio set dan menganalisis prospek jangka panjangnya.
Konsep diversivikasi sebenarnya merupakan sebuah cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, diversifikasi memberikan sebuah informasi yang paling relevan yang bisa digunakan untuk mengukur ketidakpastian resiko investasi dengan menggunakan varian dari return. Hasil pengukuran varian dari tersebut nantinya dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisa saham-saham yang dapat dipilih untuk membentuk rangkaian portofolio yang bisa memberikan return yang optimal.
Permasalahan yang timbul sekarang adalah bagaimana model- model optimasi portofolio maksimal seperti, Markowitz, Single Index Model, dan CAPM dapat menghasilkan suatu formula yang benar-benar mungkin dilakukan investor dalam memperhitungkan pembentukan portofolio yang maksimal?
Beberapa penelitian telah banyak dilakukan untuk melihat apakah model Markowitz dapat digunakan dengan mudah untuk membentuk portofolio yang eficient? apakah Single Index Model dapat memberikan jaminan untuk memperkirakan beta di masa yang akan datang dengan baik? dan apakah CAPM cukup valid dalam menentukan return di masa yang akan datang?
PEMBAHASAN
Investasi pada dasarnya merupakan sebuah usaha menempatkan dana saat ini pada sektor tertentu untuk menghasilkan manfaat finansial di masa yang akan datang. Pada saat melakukan investasi, investor harus memperhatikan tingkat return yang akan didapatkan, return terdiri dari dua komponen, meliputi :
1. Capital gain (loss), merupakan keuntungan (kerugian) yang didapatkan oleh investor atas selisih harga beli dengan harga jual di pasar sekunder.
2. Yield, merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, baik berupa bunga maupun deviden.
Menghitung rata-rata (mean) hasil pengembalian (expected return) dapat dilakukan dengan rumus :
dimana
E = hasil pengembalian rata-rata,
Pt = probabilitas dari etiap tingkat hasil pengembalian
Rt = tingkat hasil pengembalian
Menghitung rata-rata (mean) hasil pengembalian (expected return) portofoli dilakukan dengan rumus :
dimana
E = hasil pengembalian rata-rata,
We = prosentase jumlah yang diinvestasikan
Rs = tingkat hasil pengembalian dari saham ‘S’
Rc = tingkat hasil pengembalian dari saham ‘c’
Meskipun tingkat return merupakan komponen yang sangat menentukan dalam pemilihan investasi, namun kita juga harus ingat bahwa semakin tinggi tingkat return yang dijanjikan, maka tingkat resiko yang dihadapi pun akan semakin tinggi, oleh karena itulah disamping memperhitungkan return, kita juga harus memperhatikan hubungan antara return dengan resiko dalam menentukan pilihan investasi.
Seperti yang kita ketahui, resiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return), bila penyimpangan semakin besar, maka semakin besar pula tingkat resikonya. Resiko sendiri terdiri dari resiko sistematis dan resiko tidak sistematis, resiko sistematis merupakan resiko yang dialami oleh semua investasi tanpa terkecuali, resiko ini dinamakan juga resiko pasar, sedangkan resiko tidak sistematis merupakan resiko yang hanya dialami oleh jenis investasi tertentu yang bisa disebabkan oleh faktor manajemen, ciri khusus industri, dsb (Francis, 1988 dalam Yuliastuti 2007). Risiko tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola agar risiko tersebut dapat diminimalisasi (risiko terkontrol).
Resiko dapat dihitung dengan menggunakan rumus sbb:
Rumus deviasi standar (standar penyimpangan) :
Menghitung deviasi standar (standar penyimpangan) dengan rumus :
a dan b dapat dicari melalui :
MODEL MARKOWITZ
Melalui konsep diversifikasi (dengan pembentukan portofolio saham yang optimal), investor dapat memaksimalkan keuntungan yang diharapkan dari investasi dengan tingkat risiko tertentu atau berusaha meminimalkan risiko untuk sasaran tingkat keuntungan tertentu. Di tahun 1952, Markowitz mengembangkan suatu bentuk diversifikasi yang efisien. Ukuran yang dipakai dalam portofolio Markowitz adalah koefisien korelasi. Koefisien korelasi positip menunjukkan bahwa kedua asset bergerak searah, sedang koefisien korelasi negatip menunjukkan bahwa kedua asset bergerak berlawanan.
Menurut Markowitz, portofolio yang maksimal adalah dengan mengkombinasikan beberapa aset yang koefisien korelasi-nya kurang dari positif, disamping itu, apabila ada dua surat berharga yang return-nya sama tetapi resikonya berbeda, maka dipilih yang risiko rendah. (Agus, 2005). Kumpulan portofolio efisien Markowitz terletak pada garis batas (efficient frontier) serangkaian portofolio yang memiliki pengembalian maksimal untuk tingkat pengembalian tertentu. Inti dari efficient frontier Markowitz adalah bagaimana mengalokasikan dana ke masing-masing saham dalam portofolio untuk mencari titik maksimal portofolio.
Persamaan untuk eficient set portofolio adalah sebagai berikut :
Min
= representasi keseluruhan varian sebuah portofolio
n = jumlah saham dalam portofolio
Dengan Konstrain berikut :
(1) E =
(2) 1.0 =
dimana,
xr = proporsi uang yang dialokasikan untuk saham i
E (r*p) = adalah tingkat return yang diharapkan
E (rj) = adalah tingkat return untuk setiap saham
Dengan menggunakan persamaan (1), dapat dihitung sebuah portofolio dengan varian yang paling kecil, untuk setiap tingkat return yang dikehendaki investor. Model representasi keseluruhan tersebut menghasilkan banyak solusi yang tidak mungkin, karena jumlah alokasi terkadang lebih dari = 1. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kita dapat mengimplementasikan Algoritma Genetika dalam model Efficient frontier Markowitz, jika dalam model Markowitz tradisional alokasi dilakukan dengan menggunakan Quadratic programming (aplikasi MS Excell), dimana resiko ditahan konstan kemudian algoritma bergerak untuk memperoleh return yang maksimal, atau sebaliknya return ditahan konstant kemudian algoritma meminimalkan resiko, maka dalam model Algoritma Genetika, pergerakan dapat dilakukan dengan berssamaan dalam memaksimalkan return dan meminimalkan resiko, dengan demikian, total jumlah alokasi akan selalu = 1, sehingga tidak akan terjadi solusi yang tidak mungkin dalam proses pengalokasian dana (Rostianingsih, Taufik N, 2005). Penggunaan Algoritma Genetika untuk pemilihan portofolio saham dalam model Markowitz dapat mengatasi kelemahan pengalokasian dana dalam pembentukan efficient set portofolio
Model Markowitz telah terbukti membawa pemilihan portofolio yang efisien, yang terletak pada garis efisien (efficient frontier), yaitu portofolio yang merupakan porfolio pasar, tetapi dengan asumsi: (1) para investor adalah penghindar risiko yang memaksimalkan utility yang diharapkan; (2) investor memilih portofolio dengan dasar pertimbangan rata-rata varian dan return yang diharapkan; (3) semua investor melakukan periode pemegangan tunggal (single holding periode); disamping itu ada asumsi impilisit bahwa modal yang digunakan investor adalah modal sendiri, bukan dari pinjaman. (Agus, 2005). Dengan menggunakan model Markowitz, investor bisa memanfaatkan semua informasi yang tersedia sebagai dasar pembentukan portofolio yang maksimal.
MODEL SINGLE INDEX
Single Index Model memberikan sebuah alternatif analisis varian yang lebih mudah jika dibandingkan dengan analisis model markowitz, lewat SIM, kita dapat menentukan efficient set portofolio dengan kalkulasi yang lebih mudah, karena SIM menyederhanakan jumlah dan jenis input (data), serta prosedur analisis untuk menentukan fortfolio yang optimal. SIM mengasumsikan bahwa korelasi return masing-masing sekuritas terjadi karena adanya respon sekuritas tersebut terhadap perubahan indeks tertentu (seperti IHSG).
Penggunaan model indeks tunggal memerlukan penaksiran beta dari saham-saham yang akan dimasukkan ke dalam porfolio, dalam menentukan beta, kita dapat menggunakan sebuah judgement, di samping itu kita bisa menggunakan beta historis untuk menghitung beta waktu lalu yang dipergunakan sebagai taksiran beta di masa yang akan datang. Beta historis memberikan informasi yang berguna tentang beta di masa yang akan datang karena itu seringkali para analis menggunakan beta historis sebelum mereka menggunakan judgement untuk memperkirakan beta.
Rumus Estimating Beta
Ri = αi + βi Ŕm + ei (1.19)
Persamaan ini merupakan persamaan regresi sederhana. Beta menunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut. Alpha menunjukkan intercept dengan sumbu Rij. Makin besar beta, makin curam kemiringan garis tersebut dan sebaliknya.
Beberapa variabel akuntansi yang digunakan untuk memperkirakan beta, antara lain:
a. Divident Payout (yaitu perbandingan antara dividen perlembar saham dengan laba perlembar saham)
b. Pertumbuhan aktiva (yaitu perubahan aktiva pertahun)
c. Leverage (yaitu rasio antara hutang dengan total aktiva)
d. Likuiditas (yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar)
e. Asset size (yaitu nilai kekayaan total)
f. Variabilitas keuntungan (yaitu standar deviasi dari earning price ratio)
Beta akunting (yaitu yang timbul dari regresi time series laba perusahaan terhadap rata-rata keuntungan semua (sampel) perusahaan.
Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinasi (yaitu bentuk kwadrat dari koefisien korelasi) yang lebih rendah dari beta portofolio. Koefisien determinasi menunjukkan proporsi perubahan nilai Ri yang bisa dijelaskan oleh Rm.
Dengan menghitung koefisien beta yang mencerminkan tingkat risiko masing-masing saham yang diamati, dan tingkat return saham, maka kita dapat menentukan excess return to beta (ERB) yang mencerminkan tingkat keuntungan yag sangat mungkin dapat dicapai. Untuk mendapatkan kandidat portofolio kuat, kita tinggal membandingkan ERB dengan Cut off Rate untuk menhasilkan saham-saham yang memiliki tingkat return yang tinggi dan risiko yang minimal yang dapat mengeliminir risiko tidak sistematis. jika suatu jenis saham angka Excess Return to Beta (ERB)-nya lebih besar dari angka batas C (cut of rate) maka saham tersebut masuk sebagai kandidat portofolio.
Penentuan proporsi dana yang diinvestasikan dapat dilakukan dengan cara membagi persentase tingkat return dengan total proporsi investasi.
Rumus dasar SIM :
Menghitung the expexted returns
+
Menghitung variance :
Menghitung covariance :
Dimana,
= Return saham i (TR)
= Return pada pasar (TR)
= Return saham yang tidak tergantung pada pasaar
= eror
= varian portofolio
= Beta
Tujuan Akhir dari Single Index Model sama dengan analisis Markowitz, yaitu mencari garis portofolio yang efisien. Dengan demikian investor dapat menentukan jenis saham dan proporsi dana yang diperlukan dalam membentuk sebuah portofolio yang maksimal dengan analisis yang lebih mudah.
MODEL CAPM
Di tahun 1965, Sharpe menyempurnakan model portofolio Markowitz ditambah dengan asumsi: (1) adanya tingkat bebas risiko; (3) investasi bisa dipecah-pecah dalam bentuk yang sekecil mungkin; (3) adanya kebebasan short sales (4) semua aktiva bisa diperjual belikan. Dengan demikian maka portofolio yang efisien suatu garis pasar modal (capital market line) yang intersepnya adalah tingkat bebas risiko (rf). Untuk mengambarkan trade-off antara risiko dan return untuk seluruh surat berharga, baik yang efisien maupun yang tidak, maka ukuran yang dipakai bukanlah varian, tetapi adalah risiko sistematisnya (β). Hubungan antara risiko sistematis dengan return tersebut apabila digambarkan dalam suatu model akan membentuk Capital Asset Pricing Model (CAPM) (Agus, 2005).
Capital Asset Pricing Model merupakan suatu model keseimbangan yang bisa menggambarkan atau memprediksi realitas di pasar yang bersifat kompleks, sehinga dapat membantu kita melihat hubungan return dan resiko di dunia nyata yang terkadang sangat kompleks. Selain itu CAPM juga dapat dipergunakan untuk menentukan harga suatu aktiva modal (capital assets), dengan mengingat segala karakteristik aktiva tersebut. Yang dimaksud karakteristik aktiva tersebut adalah risikonya. Dengan model ini kita mencoba menentukan berapa harga yang seharusnya bersedia dibayar oleh para investor terhadap suatu aktiva modal.
Model CAPM :
E(Ri)=Rf+[E(Rm)-Rf]βi
Dimana,
E(Ri) = return yang diharapkan dari surat berharga i
(β) = resiko sistematis
[E(Rm)-Rf] = market risk premium
Dalam CAPM, β adalah ukuran dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar saham. Bila β > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar. β < 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara umum (general market index). Perubahan persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) dengan memasukan faktor β dinyatakan sebagai:
Rs = Rf + βs (Rm - Rf)
Rs = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
Rm = Expected return on the stock market as a whole
βs = Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu
CAPM bertahan bahwa harga saham tidak akan dipengaruhi oleh unsystematic risk, dan saham yang menawarkan risiko yang relatif lebih tinggi (higher βs) akan dihargai relatif lebih daripada saham yang menawarkan risiko lebih rendah (lower βs). Riset empiris mendukung argumen mengenai βs sebagai prediktor yang baik untuk memprediksi nilai saham di masa yang akan datang (future stock prices) (Yohan Naftali, 2007).
Berbagai pengujian CAPM dengan data empiris telah banyak dilakukan. Pada tahun 2005, Saputra dan Leng menggunakan sampel saham-saham di BEJ pada tahun 1999, untuk melihat pegaruh risiko sistematis dan likuiditas terhadap return saham-saham. Likuiditas diukur dengan bid-ask spread. Hasilnya menunjukkan bahwa baik likuiditas maupun risiko sistematis secara signifikan mempengaruhi return, tetapi diantara kedua faktor tersebut yang paling banyak berpengaruh adalah risiko sistematis (Agus, 2005)
KESIMPULAN
Alternatif investasi modal sangat dipengaruhi oleh faktor kondisi pasar modal yang mencakup berbagai informasi yang berhubungan dengan harga saham yang terjual belikan. Rationalitas investor dapat diukur sejauhmana mereka dapat menentukan pilihannya untuk mendapatkan hasil yang maksimum pada tingkat risiko tertentu. Para investor secara rasional akan mencari portofolio yang memberikan Return maksimal pada risiko minimal.
Analisis portofolio dapat digunakan untuk menentukan return optimal pada risiko yang minimal, salah satu metode analisis yang banyak digunakan adalah SIM, model ini merupakan bentuk penyederhanaan dari model portofolio maksimal Markowitz, analisis dilakukan dengan menghitung koefisien beta yang mencerminkan tingkat risiko dan tingkat return masing-masing saham yang diamati, dengan diketahuinya tingkat return saham dan koefisien beta, kita dapat menentukan exess returns to beta (ERB) yang. mencerminkan tingkat keuntungan yang sangat mungkin dapat dicapai. Langkah selanjutnya untuk mendapatkan kandidat portofolio kuat, diperoleh dengan membandingkan antara ERB dengan Cut off Rate untuk menghasilkan saham-saham yang memiliki tingkat return yang tinggi dan risiko yang minimal untuk mengeliminir risiko tidak sistematis. Dari analisis portfolio tersebut, kita dapat menentukan proporsi dana vang diinvestasikan, dengan cara membagi persentase tingkat return dengan total proporsi investasi.
Disamping beberapa model analisis seperti Eficient Frontier Markowitz dan SIM, terdapat beberapa model keseimbangan seperti CAPM dan APT Model keseimbangan CAPM membantu menggambarkan hubungan resiko dan return secara lebih sederhana, dan hanya menggunakan satu variable (disebut juga variable beta) untuk menggambarkan resiko, sedangkan APT lebih kompleks disbanding CAPM karena menggunakan sekian banyak variable pengukur resiko (eduardus tandelilin, 2001)
Model-model analisis dan model keseimbangan telah banyak digunakan untuk menentukan portfolio set yang optimal, dalam beberapa decade terakhir, model-model tersebut telah banyak dikembangkan untuk lebih memberi kemudahan bagi investor dalam membuat analisis. Beberapa Software aplikasi juga turut mendukung kemudahan analisis, sehingga beberapa kendala yang sering ditemui (kompleksitas, waktu perhitungan) oleh investor dapat di atasi.
Bila investor berinvestasi, apapun jenisnya, unsur utama pertimbangan investor adalah tingkat pengembalian dan tingkat risiko.Setiap investor yang ingin mendapatkan kembali namun, terbaik realitas, investor menghadapi ketidakpastian disebut dengan risiko.Melakukan diversifikasi, investor mengurangi resiko dan memaksimalkan tingkat saya diharapkan kembali.Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk komposisi portofolio. Untuk portofolio optimal, investor dapat memilih proporsi portofolio aset.Objektivitas artikel ini review adalah untuk melihat efektivitas beberapa metode analisis seperti Markowitz, SIM dan CAPM, yang digunakan oleh investor untuk menentukan kinerja saham.Dari beberapa literatur, kita dapat menganalisis bahwa Markowitz, SIM, dan model CAPM sangat berguna untuk menentukan proporsi dana yang akan diinvestasikan. Beberapa dukungan untuk aplikasi teknologi baru dan formula membuat lebih mudah untuk diimplementasikan.
PENDAHULUAN
Investasi merupakan sebuah cara alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai aset di masa depan, dengan melakukan investasi, menurunnya purchasing power akibat inflasi dapat di ofsett oleh return yang di dapatkan dari investasi. investasi sendiri dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu :
1. Investasi pada real asset
2. Investasi pada financial asset
Investasi pada real asset dapat dilakukan dengan membeli peralatan, pendirian pabrik, perbaikan mesin produksi, dll. Sedangkan investasi pada financial asset (instrumen keuangan) dapat dilakukan pada pasar uang (berupa sertifikat deposito, commercial papper, dll) maupun pasar modal (berupa saham, obligasi, dll).
Investor pada umumnya merupakan pihak yang sangat tidak menyukai resiko tetapi menginginkan return yang maksimal, untuk itulah dewasa ini, investasi di sektor financial menjadi primadona di kalangan investor, karena menjanjikan tingkat return yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi di sektor real asset maupun di pasar uang. Pada tahun 1992-1998 nilai emisi dan nilai kapitalisasi di pasar modal tumbuh rata-rata 44,9%, dan 61,31% per tahun. Padahal pada periode yang sama dana masyarakat, aktiva dan kredit perbankan hanya tumbuh masing-masing sebesar 24,76%, 23,12%, dan 22,37% (Achsien, 2003 dalam Yuliastuti 2007).
Meskipun investasi di pasar modal menjanjikan tingkat return yang lebih tinggi, namun kita perlu ingat bahwa semakin besar return, maka tingkat resiko-nya akan semakin besar pula. Untuk itulah sebagai seorang investor yang rasional, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah bagaimana investasi dapat menghasilkan return optimal pada tingkat resiko yang minimal.
Dalam memaksimalkan return dan meminimalkan resiko, investor dapat melakukan diversifikasi, diversifikasi dapat diwujudkan dengan cara mengkombinasikan berbagai pilihan saham dalam investasinya (membentuk portofolio saham optimal). Melalui portofolio ini investor dapat memaksimalkan keuntungan yang diharapkan dari investasi dengan tingkat risiko tertentu atau berusaha meminimalkan risiko untuk sasaran tingkat keuntungan tertentu.
Menurut Tandelilin (2000:9) ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik. Sedangkan strategi portofolio pasif meliputi aktivitas investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar.
Semua investor tentunya mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyertaan modalnya ke perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak investor harus melakukan suatu analisis terhadap saham-saham yang akan dibeli. Hasil analisis dapat digunakan untuk pembentukan portofolio investasi. Analisis terhadap saham harus dilakukan dengan teliti, terutama mengenai tingkat return dan risk. Dengan adanya analisis, diharapkan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang tepat akan dapat memberikan hasil yang optimal.
PERMASALAHAN
Kegagalan para investor dalam membentuk portofolio yang optimal pada umumnya disebabkan karena investor mendapatkan informasi yang terlalu banyak (overload informasi), sehingga investor tidak bisa mengambil informasi yang paling relevan dan paling dibutuhkan dalam membuat portofolio set dan menganalisis prospek jangka panjangnya.
Konsep diversivikasi sebenarnya merupakan sebuah cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, diversifikasi memberikan sebuah informasi yang paling relevan yang bisa digunakan untuk mengukur ketidakpastian resiko investasi dengan menggunakan varian dari return. Hasil pengukuran varian dari tersebut nantinya dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisa saham-saham yang dapat dipilih untuk membentuk rangkaian portofolio yang bisa memberikan return yang optimal.
Permasalahan yang timbul sekarang adalah bagaimana model- model optimasi portofolio maksimal seperti, Markowitz, Single Index Model, dan CAPM dapat menghasilkan suatu formula yang benar-benar mungkin dilakukan investor dalam memperhitungkan pembentukan portofolio yang maksimal?
Beberapa penelitian telah banyak dilakukan untuk melihat apakah model Markowitz dapat digunakan dengan mudah untuk membentuk portofolio yang eficient? apakah Single Index Model dapat memberikan jaminan untuk memperkirakan beta di masa yang akan datang dengan baik? dan apakah CAPM cukup valid dalam menentukan return di masa yang akan datang?
PEMBAHASAN
Investasi pada dasarnya merupakan sebuah usaha menempatkan dana saat ini pada sektor tertentu untuk menghasilkan manfaat finansial di masa yang akan datang. Pada saat melakukan investasi, investor harus memperhatikan tingkat return yang akan didapatkan, return terdiri dari dua komponen, meliputi :
1. Capital gain (loss), merupakan keuntungan (kerugian) yang didapatkan oleh investor atas selisih harga beli dengan harga jual di pasar sekunder.
2. Yield, merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, baik berupa bunga maupun deviden.
Menghitung rata-rata (mean) hasil pengembalian (expected return) dapat dilakukan dengan rumus :
dimana
E = hasil pengembalian rata-rata,
Pt = probabilitas dari etiap tingkat hasil pengembalian
Rt = tingkat hasil pengembalian
Menghitung rata-rata (mean) hasil pengembalian (expected return) portofoli dilakukan dengan rumus :
dimana
E = hasil pengembalian rata-rata,
We = prosentase jumlah yang diinvestasikan
Rs = tingkat hasil pengembalian dari saham ‘S’
Rc = tingkat hasil pengembalian dari saham ‘c’
Meskipun tingkat return merupakan komponen yang sangat menentukan dalam pemilihan investasi, namun kita juga harus ingat bahwa semakin tinggi tingkat return yang dijanjikan, maka tingkat resiko yang dihadapi pun akan semakin tinggi, oleh karena itulah disamping memperhitungkan return, kita juga harus memperhatikan hubungan antara return dengan resiko dalam menentukan pilihan investasi.
Seperti yang kita ketahui, resiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return), bila penyimpangan semakin besar, maka semakin besar pula tingkat resikonya. Resiko sendiri terdiri dari resiko sistematis dan resiko tidak sistematis, resiko sistematis merupakan resiko yang dialami oleh semua investasi tanpa terkecuali, resiko ini dinamakan juga resiko pasar, sedangkan resiko tidak sistematis merupakan resiko yang hanya dialami oleh jenis investasi tertentu yang bisa disebabkan oleh faktor manajemen, ciri khusus industri, dsb (Francis, 1988 dalam Yuliastuti 2007). Risiko tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola agar risiko tersebut dapat diminimalisasi (risiko terkontrol).
Resiko dapat dihitung dengan menggunakan rumus sbb:
Rumus deviasi standar (standar penyimpangan) :
Menghitung deviasi standar (standar penyimpangan) dengan rumus :
a dan b dapat dicari melalui :
MODEL MARKOWITZ
Melalui konsep diversifikasi (dengan pembentukan portofolio saham yang optimal), investor dapat memaksimalkan keuntungan yang diharapkan dari investasi dengan tingkat risiko tertentu atau berusaha meminimalkan risiko untuk sasaran tingkat keuntungan tertentu. Di tahun 1952, Markowitz mengembangkan suatu bentuk diversifikasi yang efisien. Ukuran yang dipakai dalam portofolio Markowitz adalah koefisien korelasi. Koefisien korelasi positip menunjukkan bahwa kedua asset bergerak searah, sedang koefisien korelasi negatip menunjukkan bahwa kedua asset bergerak berlawanan.
Menurut Markowitz, portofolio yang maksimal adalah dengan mengkombinasikan beberapa aset yang koefisien korelasi-nya kurang dari positif, disamping itu, apabila ada dua surat berharga yang return-nya sama tetapi resikonya berbeda, maka dipilih yang risiko rendah. (Agus, 2005). Kumpulan portofolio efisien Markowitz terletak pada garis batas (efficient frontier) serangkaian portofolio yang memiliki pengembalian maksimal untuk tingkat pengembalian tertentu. Inti dari efficient frontier Markowitz adalah bagaimana mengalokasikan dana ke masing-masing saham dalam portofolio untuk mencari titik maksimal portofolio.
Persamaan untuk eficient set portofolio adalah sebagai berikut :
Min
= representasi keseluruhan varian sebuah portofolio
n = jumlah saham dalam portofolio
Dengan Konstrain berikut :
(1) E =
(2) 1.0 =
dimana,
xr = proporsi uang yang dialokasikan untuk saham i
E (r*p) = adalah tingkat return yang diharapkan
E (rj) = adalah tingkat return untuk setiap saham
Dengan menggunakan persamaan (1), dapat dihitung sebuah portofolio dengan varian yang paling kecil, untuk setiap tingkat return yang dikehendaki investor. Model representasi keseluruhan tersebut menghasilkan banyak solusi yang tidak mungkin, karena jumlah alokasi terkadang lebih dari = 1. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kita dapat mengimplementasikan Algoritma Genetika dalam model Efficient frontier Markowitz, jika dalam model Markowitz tradisional alokasi dilakukan dengan menggunakan Quadratic programming (aplikasi MS Excell), dimana resiko ditahan konstan kemudian algoritma bergerak untuk memperoleh return yang maksimal, atau sebaliknya return ditahan konstant kemudian algoritma meminimalkan resiko, maka dalam model Algoritma Genetika, pergerakan dapat dilakukan dengan berssamaan dalam memaksimalkan return dan meminimalkan resiko, dengan demikian, total jumlah alokasi akan selalu = 1, sehingga tidak akan terjadi solusi yang tidak mungkin dalam proses pengalokasian dana (Rostianingsih, Taufik N, 2005). Penggunaan Algoritma Genetika untuk pemilihan portofolio saham dalam model Markowitz dapat mengatasi kelemahan pengalokasian dana dalam pembentukan efficient set portofolio
Model Markowitz telah terbukti membawa pemilihan portofolio yang efisien, yang terletak pada garis efisien (efficient frontier), yaitu portofolio yang merupakan porfolio pasar, tetapi dengan asumsi: (1) para investor adalah penghindar risiko yang memaksimalkan utility yang diharapkan; (2) investor memilih portofolio dengan dasar pertimbangan rata-rata varian dan return yang diharapkan; (3) semua investor melakukan periode pemegangan tunggal (single holding periode); disamping itu ada asumsi impilisit bahwa modal yang digunakan investor adalah modal sendiri, bukan dari pinjaman. (Agus, 2005). Dengan menggunakan model Markowitz, investor bisa memanfaatkan semua informasi yang tersedia sebagai dasar pembentukan portofolio yang maksimal.
MODEL SINGLE INDEX
Single Index Model memberikan sebuah alternatif analisis varian yang lebih mudah jika dibandingkan dengan analisis model markowitz, lewat SIM, kita dapat menentukan efficient set portofolio dengan kalkulasi yang lebih mudah, karena SIM menyederhanakan jumlah dan jenis input (data), serta prosedur analisis untuk menentukan fortfolio yang optimal. SIM mengasumsikan bahwa korelasi return masing-masing sekuritas terjadi karena adanya respon sekuritas tersebut terhadap perubahan indeks tertentu (seperti IHSG).
Penggunaan model indeks tunggal memerlukan penaksiran beta dari saham-saham yang akan dimasukkan ke dalam porfolio, dalam menentukan beta, kita dapat menggunakan sebuah judgement, di samping itu kita bisa menggunakan beta historis untuk menghitung beta waktu lalu yang dipergunakan sebagai taksiran beta di masa yang akan datang. Beta historis memberikan informasi yang berguna tentang beta di masa yang akan datang karena itu seringkali para analis menggunakan beta historis sebelum mereka menggunakan judgement untuk memperkirakan beta.
Rumus Estimating Beta
Ri = αi + βi Ŕm + ei (1.19)
Persamaan ini merupakan persamaan regresi sederhana. Beta menunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut. Alpha menunjukkan intercept dengan sumbu Rij. Makin besar beta, makin curam kemiringan garis tersebut dan sebaliknya.
Beberapa variabel akuntansi yang digunakan untuk memperkirakan beta, antara lain:
a. Divident Payout (yaitu perbandingan antara dividen perlembar saham dengan laba perlembar saham)
b. Pertumbuhan aktiva (yaitu perubahan aktiva pertahun)
c. Leverage (yaitu rasio antara hutang dengan total aktiva)
d. Likuiditas (yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar)
e. Asset size (yaitu nilai kekayaan total)
f. Variabilitas keuntungan (yaitu standar deviasi dari earning price ratio)
Beta akunting (yaitu yang timbul dari regresi time series laba perusahaan terhadap rata-rata keuntungan semua (sampel) perusahaan.
Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinasi (yaitu bentuk kwadrat dari koefisien korelasi) yang lebih rendah dari beta portofolio. Koefisien determinasi menunjukkan proporsi perubahan nilai Ri yang bisa dijelaskan oleh Rm.
Dengan menghitung koefisien beta yang mencerminkan tingkat risiko masing-masing saham yang diamati, dan tingkat return saham, maka kita dapat menentukan excess return to beta (ERB) yang mencerminkan tingkat keuntungan yag sangat mungkin dapat dicapai. Untuk mendapatkan kandidat portofolio kuat, kita tinggal membandingkan ERB dengan Cut off Rate untuk menhasilkan saham-saham yang memiliki tingkat return yang tinggi dan risiko yang minimal yang dapat mengeliminir risiko tidak sistematis. jika suatu jenis saham angka Excess Return to Beta (ERB)-nya lebih besar dari angka batas C (cut of rate) maka saham tersebut masuk sebagai kandidat portofolio.
Penentuan proporsi dana yang diinvestasikan dapat dilakukan dengan cara membagi persentase tingkat return dengan total proporsi investasi.
Rumus dasar SIM :
Menghitung the expexted returns
+
Menghitung variance :
Menghitung covariance :
Dimana,
= Return saham i (TR)
= Return pada pasar (TR)
= Return saham yang tidak tergantung pada pasaar
= eror
= varian portofolio
= Beta
Tujuan Akhir dari Single Index Model sama dengan analisis Markowitz, yaitu mencari garis portofolio yang efisien. Dengan demikian investor dapat menentukan jenis saham dan proporsi dana yang diperlukan dalam membentuk sebuah portofolio yang maksimal dengan analisis yang lebih mudah.
MODEL CAPM
Di tahun 1965, Sharpe menyempurnakan model portofolio Markowitz ditambah dengan asumsi: (1) adanya tingkat bebas risiko; (3) investasi bisa dipecah-pecah dalam bentuk yang sekecil mungkin; (3) adanya kebebasan short sales (4) semua aktiva bisa diperjual belikan. Dengan demikian maka portofolio yang efisien suatu garis pasar modal (capital market line) yang intersepnya adalah tingkat bebas risiko (rf). Untuk mengambarkan trade-off antara risiko dan return untuk seluruh surat berharga, baik yang efisien maupun yang tidak, maka ukuran yang dipakai bukanlah varian, tetapi adalah risiko sistematisnya (β). Hubungan antara risiko sistematis dengan return tersebut apabila digambarkan dalam suatu model akan membentuk Capital Asset Pricing Model (CAPM) (Agus, 2005).
Capital Asset Pricing Model merupakan suatu model keseimbangan yang bisa menggambarkan atau memprediksi realitas di pasar yang bersifat kompleks, sehinga dapat membantu kita melihat hubungan return dan resiko di dunia nyata yang terkadang sangat kompleks. Selain itu CAPM juga dapat dipergunakan untuk menentukan harga suatu aktiva modal (capital assets), dengan mengingat segala karakteristik aktiva tersebut. Yang dimaksud karakteristik aktiva tersebut adalah risikonya. Dengan model ini kita mencoba menentukan berapa harga yang seharusnya bersedia dibayar oleh para investor terhadap suatu aktiva modal.
Model CAPM :
E(Ri)=Rf+[E(Rm)-Rf]βi
Dimana,
E(Ri) = return yang diharapkan dari surat berharga i
(β) = resiko sistematis
[E(Rm)-Rf] = market risk premium
Dalam CAPM, β adalah ukuran dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar saham. Bila β > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar. β < 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara umum (general market index). Perubahan persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) dengan memasukan faktor β dinyatakan sebagai:
Rs = Rf + βs (Rm - Rf)
Rs = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
Rm = Expected return on the stock market as a whole
βs = Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu
CAPM bertahan bahwa harga saham tidak akan dipengaruhi oleh unsystematic risk, dan saham yang menawarkan risiko yang relatif lebih tinggi (higher βs) akan dihargai relatif lebih daripada saham yang menawarkan risiko lebih rendah (lower βs). Riset empiris mendukung argumen mengenai βs sebagai prediktor yang baik untuk memprediksi nilai saham di masa yang akan datang (future stock prices) (Yohan Naftali, 2007).
Berbagai pengujian CAPM dengan data empiris telah banyak dilakukan. Pada tahun 2005, Saputra dan Leng menggunakan sampel saham-saham di BEJ pada tahun 1999, untuk melihat pegaruh risiko sistematis dan likuiditas terhadap return saham-saham. Likuiditas diukur dengan bid-ask spread. Hasilnya menunjukkan bahwa baik likuiditas maupun risiko sistematis secara signifikan mempengaruhi return, tetapi diantara kedua faktor tersebut yang paling banyak berpengaruh adalah risiko sistematis (Agus, 2005)
KESIMPULAN
Alternatif investasi modal sangat dipengaruhi oleh faktor kondisi pasar modal yang mencakup berbagai informasi yang berhubungan dengan harga saham yang terjual belikan. Rationalitas investor dapat diukur sejauhmana mereka dapat menentukan pilihannya untuk mendapatkan hasil yang maksimum pada tingkat risiko tertentu. Para investor secara rasional akan mencari portofolio yang memberikan Return maksimal pada risiko minimal.
Analisis portofolio dapat digunakan untuk menentukan return optimal pada risiko yang minimal, salah satu metode analisis yang banyak digunakan adalah SIM, model ini merupakan bentuk penyederhanaan dari model portofolio maksimal Markowitz, analisis dilakukan dengan menghitung koefisien beta yang mencerminkan tingkat risiko dan tingkat return masing-masing saham yang diamati, dengan diketahuinya tingkat return saham dan koefisien beta, kita dapat menentukan exess returns to beta (ERB) yang. mencerminkan tingkat keuntungan yang sangat mungkin dapat dicapai. Langkah selanjutnya untuk mendapatkan kandidat portofolio kuat, diperoleh dengan membandingkan antara ERB dengan Cut off Rate untuk menghasilkan saham-saham yang memiliki tingkat return yang tinggi dan risiko yang minimal untuk mengeliminir risiko tidak sistematis. Dari analisis portfolio tersebut, kita dapat menentukan proporsi dana vang diinvestasikan, dengan cara membagi persentase tingkat return dengan total proporsi investasi.
Disamping beberapa model analisis seperti Eficient Frontier Markowitz dan SIM, terdapat beberapa model keseimbangan seperti CAPM dan APT Model keseimbangan CAPM membantu menggambarkan hubungan resiko dan return secara lebih sederhana, dan hanya menggunakan satu variable (disebut juga variable beta) untuk menggambarkan resiko, sedangkan APT lebih kompleks disbanding CAPM karena menggunakan sekian banyak variable pengukur resiko (eduardus tandelilin, 2001)
Model-model analisis dan model keseimbangan telah banyak digunakan untuk menentukan portfolio set yang optimal, dalam beberapa decade terakhir, model-model tersebut telah banyak dikembangkan untuk lebih memberi kemudahan bagi investor dalam membuat analisis. Beberapa Software aplikasi juga turut mendukung kemudahan analisis, sehingga beberapa kendala yang sering ditemui (kompleksitas, waktu perhitungan) oleh investor dapat di atasi.
Diposting oleh
Maya Indah
komentar (0)
Perpindahan SDM unggul dari Negara asal ke Negara maju
ABSTRAKSI
Berpindahnya sejumlah SDM yang unggul dari negara asalnya menuju negara lain yang lebih maju atau yang di sebut Brain Drain, Migrasi internasional kini semakin menjadi permasalahan yang menyita perhatian banyak pihak. Transisi pada ilmu pengetahuan berbasis ekonomi menciptakan lebih banyak pangsa pasar yang terintegrasi bagi mereka yang mempunyai bakat dan keahlian yang tinggi. Bakat dan keahlian tersebut menjadi aset yang sangat berharga dalam percaturan ekonomi dunia. Akibatnya, gelombang brain drain dari negara-negara berkembang semakin menguat. Munculnya diaspora yang sangat luas adalah sebuah konsekuensi dari perburuan terhadap kesempatan terbaik bagi negara berkembang.
Paper ini berusaha mengidentifikasi fenomena brain drain yang umumnya terjadi pada negara-negara berkembang. Secara khusus, paper ini akan menguraikan problematika dan tantangan negara berkembang dalam pengembangan SDM dan sarana/fasilitas terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disebabkan oleh brain drain. Pada akhir tulisan, penulis menyuguhkan pola pengembangan SDM dan pengadaan sarana/fasilitas guna mencegah dan mengatasi timbulnya efek negatif dari brain drain dengan melakukan studi analisa terhadap keberhasilan India dalam mewujudkan reversed brain drain. Sehingga diharapkan dengan terjadinya reversed brain drain, maka pembangunan ekonomi negara berkembang dapat berjalan lancar.
Pendahuluan
Tragedi brain drain banyak menimpa negara berkembang. Dampaknya bukan hanya kehilangan aset negara yang berharga, tapi juga kehilangan potensi ekonomi yang cukup besar. Sejarah melukiskan bahwa pasca meletusnya Perang Dunia II telah meyebabkan para tenaga ahli dan terdidik dari berbagai belahan dunia, terutama Eropa, bermigrasi dari satu negara ke negara lainnya. Kemenangan yang diperoleh oleh negara-negara Sekutu membawa para imigran ahli untuk menjadikan negara tersebut sebagai pelabuhan ilmu. Berkisar pada tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, bermigrasinya para tenaga ahli dari negara berkembang seperti ke negara maju semakin meningkat. Hal ini terjadi terutama ke negara-negara yang memberikan banyak keunggulan dan kesempatan (land of opportunity).
Dan akhir-akhir ini semakin banyak profesional (orang-orang berpendidikan tinggi, berbakat dan terlatih) terbaik negara-negara berkembang hijrah atau meninggalkan negaranya yang miskin ke negara-negara maju (negara-negara industri) seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Australia. Mereka itu adalah para ilmuwan, informatisi (ahli ICT), arsitek, insinyur, akademi, dokter, dan para ahli lainnya. Peristiwa ini lebih dikenal dengan istilah brain drain. Dimana peristiwa Brain drain ini merupakan kerugian besar bagi negara yang ditinggalkan.
Brain drain ini hampir sama dengan peristiwa aglomerasi. Aglomerasi adalah keadaan dimana penduduk di suatu negara terpusat di daerah perkotaan, terutama penduduk-penduduk yang berkualitas. Tujuan mereka pindah ke kota adalah karena prospek ekonomi yang menjanjikan. Sama seperti brain drain ini, dimana orang-orang yang pandai akan pindah ke negara maju, dengan tujuan yang salah satunya sama dengan aglomerasi tadi. Sehingga banyak orang-orang pandai terpusat di negara-negara maju. Perbedaanya hanya kalau aglomerasi terjadi hanya di suatu negara, yaitu antar daerah saja. Sedangkan brain drain terjadi di seluruh dunia yang meliputi banyak negara, yaitu baik negara maju maupun negara berkembang.
Banyak faktor yang bisa menyebabkan brain drain, yang bisa kita kategorikan menjadi dua : (1) faktor pendorong, (2) faktor penarik. Faktor pendorong adalah kondisi internal, baik persoalan individu (minat, motivasi, faktor keluarga, dsb.) maupun lingkungan (infrastruktur, insentif, pengakuan, dsb.) tempat dia berasal. Sementara faktor penarik adalah masalah insentif yang dijanjikan oleh berbagai negara maju yang bersangkutan, baik yang secara secara langsung ditawarkan, maupun tidak.
Berikut ini beberapa contoh faktor pendorong terjadinya fenomena brain draindi Indonesia, khususnya terkait dengan hengkangnya para pakar IPTEK:
• Kelembagaan IPTEK yang masih lemah.
• Hasil kerja para ilmuwan yang kurang dihargai.
• Anggaran IPTEK yang tidak proporsional, sangat kecil.
• Gaji ilmuwan sangat tidak memadai jika bandingkan dengan kompetensi yang dimiliki, terutama yang tersebar di lembaga-lembaga riset pemerintah dan universitas.
Faktor penarik yaitu faktor yang datang dari negeri tujuan, yaitu:
• untuk memperoleh prospek ekonomi dan kehidupan yang lebih baik, yaitu gaji yang lebih tinggi, kondisi kerja dan hidup yang lebih baik, dan perspektif karir yang terjamin.
• fasilitas yang ditawarkan juga sangat kompetitif, seperti fasilitas pendidikan, penelitian, dan teknologi yang lebih memadai, kesempatan memperoleh pengalaman bekerja yang luas.
• tradisi keilmuan dan budaya yang tinggi.
• agen di luar negeri yang sering memberikan informasi yang sangat bagus, dan lain sebagainya.
Brain drain jelas sangat merugikan negara yang ditinggalkan. Seandainya para pemimpin negara-negara muslim tersebut mampu mengelola SDM yang mereka miliki, tentu kondisinya akan jauh lebih lebih baik dibandingkan saat ini.
Kesimpulan
besarnya laju arus tenaga ahli dari negara berkembang ke negara-negara yang lebih maju (brain drain) menjadi salah satu alasan yang menunjukkan lemah dan kurang tepatnya strategi kebijakan dan pandangan dalam menumbuhkan khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi secara adil dan memadai serta kebijakan-kebijakan yang kurang mendukung para tenaga ahli.
ABSTRAKSI
Berpindahnya sejumlah SDM yang unggul dari negara asalnya menuju negara lain yang lebih maju atau yang di sebut Brain Drain, Migrasi internasional kini semakin menjadi permasalahan yang menyita perhatian banyak pihak. Transisi pada ilmu pengetahuan berbasis ekonomi menciptakan lebih banyak pangsa pasar yang terintegrasi bagi mereka yang mempunyai bakat dan keahlian yang tinggi. Bakat dan keahlian tersebut menjadi aset yang sangat berharga dalam percaturan ekonomi dunia. Akibatnya, gelombang brain drain dari negara-negara berkembang semakin menguat. Munculnya diaspora yang sangat luas adalah sebuah konsekuensi dari perburuan terhadap kesempatan terbaik bagi negara berkembang.
Paper ini berusaha mengidentifikasi fenomena brain drain yang umumnya terjadi pada negara-negara berkembang. Secara khusus, paper ini akan menguraikan problematika dan tantangan negara berkembang dalam pengembangan SDM dan sarana/fasilitas terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disebabkan oleh brain drain. Pada akhir tulisan, penulis menyuguhkan pola pengembangan SDM dan pengadaan sarana/fasilitas guna mencegah dan mengatasi timbulnya efek negatif dari brain drain dengan melakukan studi analisa terhadap keberhasilan India dalam mewujudkan reversed brain drain. Sehingga diharapkan dengan terjadinya reversed brain drain, maka pembangunan ekonomi negara berkembang dapat berjalan lancar.
Pendahuluan
Tragedi brain drain banyak menimpa negara berkembang. Dampaknya bukan hanya kehilangan aset negara yang berharga, tapi juga kehilangan potensi ekonomi yang cukup besar. Sejarah melukiskan bahwa pasca meletusnya Perang Dunia II telah meyebabkan para tenaga ahli dan terdidik dari berbagai belahan dunia, terutama Eropa, bermigrasi dari satu negara ke negara lainnya. Kemenangan yang diperoleh oleh negara-negara Sekutu membawa para imigran ahli untuk menjadikan negara tersebut sebagai pelabuhan ilmu. Berkisar pada tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, bermigrasinya para tenaga ahli dari negara berkembang seperti ke negara maju semakin meningkat. Hal ini terjadi terutama ke negara-negara yang memberikan banyak keunggulan dan kesempatan (land of opportunity).
Dan akhir-akhir ini semakin banyak profesional (orang-orang berpendidikan tinggi, berbakat dan terlatih) terbaik negara-negara berkembang hijrah atau meninggalkan negaranya yang miskin ke negara-negara maju (negara-negara industri) seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Australia. Mereka itu adalah para ilmuwan, informatisi (ahli ICT), arsitek, insinyur, akademi, dokter, dan para ahli lainnya. Peristiwa ini lebih dikenal dengan istilah brain drain. Dimana peristiwa Brain drain ini merupakan kerugian besar bagi negara yang ditinggalkan.
Brain drain ini hampir sama dengan peristiwa aglomerasi. Aglomerasi adalah keadaan dimana penduduk di suatu negara terpusat di daerah perkotaan, terutama penduduk-penduduk yang berkualitas. Tujuan mereka pindah ke kota adalah karena prospek ekonomi yang menjanjikan. Sama seperti brain drain ini, dimana orang-orang yang pandai akan pindah ke negara maju, dengan tujuan yang salah satunya sama dengan aglomerasi tadi. Sehingga banyak orang-orang pandai terpusat di negara-negara maju. Perbedaanya hanya kalau aglomerasi terjadi hanya di suatu negara, yaitu antar daerah saja. Sedangkan brain drain terjadi di seluruh dunia yang meliputi banyak negara, yaitu baik negara maju maupun negara berkembang.
Banyak faktor yang bisa menyebabkan brain drain, yang bisa kita kategorikan menjadi dua : (1) faktor pendorong, (2) faktor penarik. Faktor pendorong adalah kondisi internal, baik persoalan individu (minat, motivasi, faktor keluarga, dsb.) maupun lingkungan (infrastruktur, insentif, pengakuan, dsb.) tempat dia berasal. Sementara faktor penarik adalah masalah insentif yang dijanjikan oleh berbagai negara maju yang bersangkutan, baik yang secara secara langsung ditawarkan, maupun tidak.
Berikut ini beberapa contoh faktor pendorong terjadinya fenomena brain draindi Indonesia, khususnya terkait dengan hengkangnya para pakar IPTEK:
• Kelembagaan IPTEK yang masih lemah.
• Hasil kerja para ilmuwan yang kurang dihargai.
• Anggaran IPTEK yang tidak proporsional, sangat kecil.
• Gaji ilmuwan sangat tidak memadai jika bandingkan dengan kompetensi yang dimiliki, terutama yang tersebar di lembaga-lembaga riset pemerintah dan universitas.
Faktor penarik yaitu faktor yang datang dari negeri tujuan, yaitu:
• untuk memperoleh prospek ekonomi dan kehidupan yang lebih baik, yaitu gaji yang lebih tinggi, kondisi kerja dan hidup yang lebih baik, dan perspektif karir yang terjamin.
• fasilitas yang ditawarkan juga sangat kompetitif, seperti fasilitas pendidikan, penelitian, dan teknologi yang lebih memadai, kesempatan memperoleh pengalaman bekerja yang luas.
• tradisi keilmuan dan budaya yang tinggi.
• agen di luar negeri yang sering memberikan informasi yang sangat bagus, dan lain sebagainya.
Brain drain jelas sangat merugikan negara yang ditinggalkan. Seandainya para pemimpin negara-negara muslim tersebut mampu mengelola SDM yang mereka miliki, tentu kondisinya akan jauh lebih lebih baik dibandingkan saat ini.
Kesimpulan
besarnya laju arus tenaga ahli dari negara berkembang ke negara-negara yang lebih maju (brain drain) menjadi salah satu alasan yang menunjukkan lemah dan kurang tepatnya strategi kebijakan dan pandangan dalam menumbuhkan khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi secara adil dan memadai serta kebijakan-kebijakan yang kurang mendukung para tenaga ahli.
Diposting oleh
Maya Indah
komentar (0)
Artikel ilmiah Bencana alam akibat manusia
Akhir-akhir ini kususnya Indonesia sedang di landa bencana alam secara bertubi-tubi. Bencana alam terbagi dua bencana alam yang di akibatkan manusia dan yang benar-benar terjadi karna alam, yang di akibatkan oleh manusia yaitu akibat dari ulah tangan manusia yang tak bertanggung jawab dan bernuat seenaknya.
Pendahuluan
Bencana alam yang sering terjadi sebenarnya di akibatkan oleh manusia itu sendiri yang berbuat tanpa memikirkan akibatnya dan seerti itu lah yang menimbulkan berbagai bencana di Negara kita ini .
Sudah banyak yang dilakukan untuk mencegahbencana yang di timbukan oleh manusia, tapi itu tak berpengaruh besar karna antara pencegah dan pencipta kerusakan tak seimbang lebih besar dan banyak yang menciptakan kerusanakan alam dan tata kota yang tidak terencana itu akan menimbulkan bencana yang apa bila tidak di perbaiki itu semua akan hanya akan menjadi bom waktu yang siap meledak dan merusak . Apabila ini berlangsung terus menerus tanpa ada penanganan yang intensif da apa bila ini terjadi di seluruh Indonesia isu akan adanya global warming bukan hanya isu lagi itu akan menjadi kenyataan.
Bencana alam akibat manusia
Bencana alam akibat manusia ini tidak hanya dari orang yang peduli akan alam tpi juga di perlu kesadaran dari diri masing-masing untuk menjaga alam kita ini untuk masa depan dan dapat di nikmati oleh anak cucu kita, contoh dari kerusakan alam yang di ciptakan oleh manusia yaitu banjir, longsor, dll semua bencana itu adalah hasil karya manusia yang tidak bertanggung jawab akan apa yang telah iya perbuat .
Cara mencegahnya dangan membenahi sedikit-demi sedikit mulai dari hal terkecil seperti setiap rumah setidaknya menanam pohon di halaman rumahnya, memperbaiki tata kota, reboisasi, menindk tegas semua pembalakan liar, membuang sampa pada tempatnya, tidak mendirikan rumah di bantaran sungai/kali, apakah kita semua ingin bumi kita hancur karna perbuatan kita sendiri, dan perbuatan kita yang akan mencelakai kita tentu tidak bukan maka dari itu mulailah dari sekarang perbaiki semua kehancuran yang kita buat, agar kita bisa tinggal di bumi ini lebih lama lagi
Kesimpulan
Bencana dan kerusakan yang terjadi itu semua berasal dari kita dan orang yang tak bertanggung jawab, jadi Mulailah sadar dari diri kita sendiri dan perbaikilah semua kerusakan Jagalah bumi kita sekarang dan nanti untuk kita semua dan untuk generasi kita nanti.
Akhir-akhir ini kususnya Indonesia sedang di landa bencana alam secara bertubi-tubi. Bencana alam terbagi dua bencana alam yang di akibatkan manusia dan yang benar-benar terjadi karna alam, yang di akibatkan oleh manusia yaitu akibat dari ulah tangan manusia yang tak bertanggung jawab dan bernuat seenaknya.
Pendahuluan
Bencana alam yang sering terjadi sebenarnya di akibatkan oleh manusia itu sendiri yang berbuat tanpa memikirkan akibatnya dan seerti itu lah yang menimbulkan berbagai bencana di Negara kita ini .
Sudah banyak yang dilakukan untuk mencegahbencana yang di timbukan oleh manusia, tapi itu tak berpengaruh besar karna antara pencegah dan pencipta kerusakan tak seimbang lebih besar dan banyak yang menciptakan kerusanakan alam dan tata kota yang tidak terencana itu akan menimbulkan bencana yang apa bila tidak di perbaiki itu semua akan hanya akan menjadi bom waktu yang siap meledak dan merusak . Apabila ini berlangsung terus menerus tanpa ada penanganan yang intensif da apa bila ini terjadi di seluruh Indonesia isu akan adanya global warming bukan hanya isu lagi itu akan menjadi kenyataan.
Bencana alam akibat manusia
Bencana alam akibat manusia ini tidak hanya dari orang yang peduli akan alam tpi juga di perlu kesadaran dari diri masing-masing untuk menjaga alam kita ini untuk masa depan dan dapat di nikmati oleh anak cucu kita, contoh dari kerusakan alam yang di ciptakan oleh manusia yaitu banjir, longsor, dll semua bencana itu adalah hasil karya manusia yang tidak bertanggung jawab akan apa yang telah iya perbuat .
Cara mencegahnya dangan membenahi sedikit-demi sedikit mulai dari hal terkecil seperti setiap rumah setidaknya menanam pohon di halaman rumahnya, memperbaiki tata kota, reboisasi, menindk tegas semua pembalakan liar, membuang sampa pada tempatnya, tidak mendirikan rumah di bantaran sungai/kali, apakah kita semua ingin bumi kita hancur karna perbuatan kita sendiri, dan perbuatan kita yang akan mencelakai kita tentu tidak bukan maka dari itu mulailah dari sekarang perbaiki semua kehancuran yang kita buat, agar kita bisa tinggal di bumi ini lebih lama lagi
Kesimpulan
Bencana dan kerusakan yang terjadi itu semua berasal dari kita dan orang yang tak bertanggung jawab, jadi Mulailah sadar dari diri kita sendiri dan perbaikilah semua kerusakan Jagalah bumi kita sekarang dan nanti untuk kita semua dan untuk generasi kita nanti.
Diposting oleh
Maya Indah
komentar (1)
ARTIKEL ILMIAH KESEHATAN
Banyak orang yang tak memperdulikan kesehatannya dan juga banyak orang yang tak memperdulikan kesehatan orang lain. Kenapa? karna di saat mobilitas tinggi sepertiini banyak yang memilih gaya idup tidak sehat seperti memakan makannan instan siap saji yang kalau di konsumsi secara trus menerus akan menimbulan efek samping.
Pendahuluan
Sebenarnya kesehatan sangatlah penting namun karnagaya hidup yang kurang baik kesehatan dapat terganggu. meskipun kita sudah berusaha namun apa bila orang di sekitar kita tidak asih tak peduli akan kesehatannya kitapun bisa kena dampaknya, conohnya para perokok yang merokok di tempat umum dan kita ada di sekitarnya secara tidak langsug kita sudah menjadi perokok pasif dan itu tidak baiok untuk kesehatan.
Kususnya Indonesia tingkat kesehatannya sangatlah rendah, dan bahkan pemerintah sudah membuat bnyak kebijakan agar Indonesia menjadi Negara yang sehat, tapi initidak berpengaruh besar semakin banyak kebjakan semakin banyak yang melanggar.
Tujuan
Dengan artikel ilmiah ini saya berharap semua orng dapat menyadari pentingnya kesehatan dan mulai timbul keadaran untuk mengubah dirinya sendiri
kesehatan
kesehatan bukan hanya jasmani saja kesehatan rohani pun perlu kita jaga bagai mana cara menjaga kesehatan rohani?, cara menjaganya dangan banyak beribadah dan menenangkan fikiran, dangan itu semua rohanikita bisa tetap terjaga sedangkan jasmani ini perlu kesadaran dari kita semua untuk saling menjaga.
Karna kesehatansangatlah mahal harganya, menurut beberapa orang kesehatan adalah segalanya dan ada pula yang acuh terhadap kesehatnya sendiri, akhir-akhir ini banyak di temukan para penjual makanan yang tak memperdlikan kualitas makanan yang di jualnya, lebih parahnya lagi makanan tersebut di jual/ di jajakan pada anak-anak yang meta bolisme tubuhnya rentan sekali terkena penyakit.
Di anjurkan untuk para orangtua mengawasi asupan makanan anaknya setidaknya bawakan bekal agar terhindar dari orang yang tak bertanggung jawab, dan tanamkan agama sejak dini agar rohani anak terpenuhi. Walaupun begitu bukan berarti orang dewasa tidak terkena penyakit seperti yang sudah saya katakana sebelumnya karna gaya hidup yang tidak sehat menimbulkan efek yang cukup besar untuk kesehatan, seprti merokok, mengkonsumsi caffein yang berlebih, hal kecil sperti itu dampaknya akan besar di kemudian hari,
Apa bila anda tidak merubah gaya hidup anda kematianlah yang akan semakin mendekat, bukan nakut-nakutin loh tapi ini lah yang terjadi kalau bukan diri anda yang mengubah siapa lagi dan dan ini harus datang dari diri anda sendiri .
Lebih baik mencegah dari pada mengobati, karna apa bila kita sudah terkenq penyakit kita akan merasa sengsara dan pastinya apa bila penyakitnya parah tidak akan bisakembali seperti dulu lagi dan akhirnya hanya penyesalan yang ada maka dari itu sebelum terlambat mulailah dari hal terkecil dahulu, dan mulailah dari diri anda.
Kesimpulan
Lebih baik mencegah dari pada mengobati, dan mulailah mengubah kebiyasaan buruk dan lebih memperhatikan lingkungan sekitar. Dan sekuat apapun anda memaksa apa bila tidak datang darikeinginan anda sendiri semuaitutak akan berguna, mulailah menyayangi diri anda sendiri dan orang yang
Banyak orang yang tak memperdulikan kesehatannya dan juga banyak orang yang tak memperdulikan kesehatan orang lain. Kenapa? karna di saat mobilitas tinggi sepertiini banyak yang memilih gaya idup tidak sehat seperti memakan makannan instan siap saji yang kalau di konsumsi secara trus menerus akan menimbulan efek samping.
Pendahuluan
Sebenarnya kesehatan sangatlah penting namun karnagaya hidup yang kurang baik kesehatan dapat terganggu. meskipun kita sudah berusaha namun apa bila orang di sekitar kita tidak asih tak peduli akan kesehatannya kitapun bisa kena dampaknya, conohnya para perokok yang merokok di tempat umum dan kita ada di sekitarnya secara tidak langsug kita sudah menjadi perokok pasif dan itu tidak baiok untuk kesehatan.
Kususnya Indonesia tingkat kesehatannya sangatlah rendah, dan bahkan pemerintah sudah membuat bnyak kebijakan agar Indonesia menjadi Negara yang sehat, tapi initidak berpengaruh besar semakin banyak kebjakan semakin banyak yang melanggar.
Tujuan
Dengan artikel ilmiah ini saya berharap semua orng dapat menyadari pentingnya kesehatan dan mulai timbul keadaran untuk mengubah dirinya sendiri
kesehatan
kesehatan bukan hanya jasmani saja kesehatan rohani pun perlu kita jaga bagai mana cara menjaga kesehatan rohani?, cara menjaganya dangan banyak beribadah dan menenangkan fikiran, dangan itu semua rohanikita bisa tetap terjaga sedangkan jasmani ini perlu kesadaran dari kita semua untuk saling menjaga.
Karna kesehatansangatlah mahal harganya, menurut beberapa orang kesehatan adalah segalanya dan ada pula yang acuh terhadap kesehatnya sendiri, akhir-akhir ini banyak di temukan para penjual makanan yang tak memperdlikan kualitas makanan yang di jualnya, lebih parahnya lagi makanan tersebut di jual/ di jajakan pada anak-anak yang meta bolisme tubuhnya rentan sekali terkena penyakit.
Di anjurkan untuk para orangtua mengawasi asupan makanan anaknya setidaknya bawakan bekal agar terhindar dari orang yang tak bertanggung jawab, dan tanamkan agama sejak dini agar rohani anak terpenuhi. Walaupun begitu bukan berarti orang dewasa tidak terkena penyakit seperti yang sudah saya katakana sebelumnya karna gaya hidup yang tidak sehat menimbulkan efek yang cukup besar untuk kesehatan, seprti merokok, mengkonsumsi caffein yang berlebih, hal kecil sperti itu dampaknya akan besar di kemudian hari,
Apa bila anda tidak merubah gaya hidup anda kematianlah yang akan semakin mendekat, bukan nakut-nakutin loh tapi ini lah yang terjadi kalau bukan diri anda yang mengubah siapa lagi dan dan ini harus datang dari diri anda sendiri .
Lebih baik mencegah dari pada mengobati, karna apa bila kita sudah terkenq penyakit kita akan merasa sengsara dan pastinya apa bila penyakitnya parah tidak akan bisakembali seperti dulu lagi dan akhirnya hanya penyesalan yang ada maka dari itu sebelum terlambat mulailah dari hal terkecil dahulu, dan mulailah dari diri anda.
Kesimpulan
Lebih baik mencegah dari pada mengobati, dan mulailah mengubah kebiyasaan buruk dan lebih memperhatikan lingkungan sekitar. Dan sekuat apapun anda memaksa apa bila tidak datang darikeinginan anda sendiri semuaitutak akan berguna, mulailah menyayangi diri anda sendiri dan orang yang
Diposting oleh
Maya Indah
komentar (0)
Beberapa minggu sebelum lulus dari sekolah bisnis, Pablo Cervantes mulai mencari pekerjaan di San Diego, Calivornia area. Sementara ia membaca melalui iklan baris, matanya tertuju pada satu iklan khususnya.
Bersemangat, ingin bergabung dengan perusahaan yang baru dibentuk di bidang pembuangan limbah. Kami mengantisipasi pertumbuhan 500 persen dalam beberapa tahun pertama. Orang bergabung dengan tim kami harus melupakan tentang kendala dan peran yang diberlakukan oleh kebanyakan perusahaan.Tulis tentang diri Anda, Box 7654, dalam Surat kabar ini.
Berpikir "apa saya bisa kalah?" Cervantes mengirimkan Surat dan Ringkasan. Dengan terkejut sekali, ia menerima telepon sekitar satu minggu kemudian. Marty Berg, si penelepon, mengatakan perwakilan "Solar Waste" ingin bertemu Cervantes. Kedua orang mengatur waktu yang tepat. Cervantes mengikuti petunjuk untuk sebuah bangunan batako di daerah kota.
Berpikir "apa saya bisa kalah?" Cervantes mengirimkan Surat dan Ringkasan. Dengan terkejut sekali, ia menerima telepon sekitar satu minggu kemudian. Marty Berg, si penelepon, mengatakan perwakilan "Solar Waste" ingin bertemu Cervantes. Kedua orang mengatur waktu yang tepat. Cervantes mengikuti petunjuk untuk sebuah bangunan batako di daerah kota.
Diposting oleh
Maya Indah
komentar (0)
Virus: Trojan.Lodear
Trojan Horse menyerang apabila kita mendownload data dari internet. Virus ini akan menginjeksi file. dll ke internetexplorer.exe yang menyebabkan ketidakstabilan sistem.
Trojan di Linux
Para pengguna linux Red Hat diharapkan untuk berhati-hati terhadap PATCH yang dikirm melalui e-mail dengan alamat "security@redhat.com" karena itu sebenarnya bukannya patch security tetapi virus Trojan yang bisa mengacaukan sistem keamanan. E-mail peringatan dari Red Hat biasanya selalu dikirim dari alamat "secalert@redhat.com" dan ditandatangani secara digital. Virus ini juga pernah menyerang sistem keamanan Windows tahun 2003 dengan subyek menawarkan solusi keamanan.
Virus: W32.Beagle.CO@mm
Adalah virus yang mengirimkan email massal terhadap situs yang mempunyai tingkat keamanan rendah. Virus ini dapat menghapus kunci-kunci registry dan bagian-bagiannya dan mungkin memblok akses ke jaringan keamanan website.