Welcome to my blog

Tulisan ilmiah Perpindahan SDM unggul dari Negara asal ke Negara maju

Perpindahan SDM unggul dari Negara asal ke Negara maju
ABSTRAKSI
Berpindahnya sejumlah SDM yang unggul dari negara asalnya menuju negara lain yang lebih maju atau yang di sebut Brain Drain, Migrasi internasional kini semakin menjadi permasalahan yang menyita perhatian banyak pihak. Transisi pada ilmu pengetahuan berbasis ekonomi menciptakan lebih banyak pangsa pasar yang terintegrasi bagi mereka yang mempunyai bakat dan keahlian yang tinggi. Bakat dan keahlian tersebut menjadi aset yang sangat berharga dalam percaturan ekonomi dunia. Akibatnya, gelombang brain drain dari negara-negara berkembang semakin menguat. Munculnya diaspora yang sangat luas adalah sebuah konsekuensi dari perburuan terhadap kesempatan terbaik bagi negara berkembang.
Paper ini berusaha mengidentifikasi fenomena brain drain yang umumnya terjadi pada negara-negara berkembang. Secara khusus, paper ini akan menguraikan problematika dan tantangan negara berkembang dalam pengembangan SDM dan sarana/fasilitas terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disebabkan oleh brain drain. Pada akhir tulisan, penulis menyuguhkan pola pengembangan SDM dan pengadaan sarana/fasilitas guna mencegah dan mengatasi timbulnya efek negatif dari brain drain dengan melakukan studi analisa terhadap keberhasilan India dalam mewujudkan reversed brain drain. Sehingga diharapkan dengan terjadinya reversed brain drain, maka pembangunan ekonomi negara berkembang dapat berjalan lancar.

Pendahuluan
Tragedi brain drain banyak menimpa negara berkembang. Dampaknya bukan hanya kehilangan aset negara yang berharga, tapi juga kehilangan potensi ekonomi yang cukup besar. Sejarah melukiskan bahwa pasca meletusnya Perang Dunia II telah meyebabkan para tenaga ahli dan terdidik dari berbagai belahan dunia, terutama Eropa, bermigrasi dari satu negara ke negara lainnya. Kemenangan yang diperoleh oleh negara-negara Sekutu membawa para imigran ahli untuk menjadikan negara tersebut sebagai pelabuhan ilmu. Berkisar pada tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, bermigrasinya para tenaga ahli dari negara berkembang seperti ke negara maju semakin meningkat. Hal ini terjadi terutama ke negara-negara yang memberikan banyak keunggulan dan kesempatan (land of opportunity).
Dan akhir-akhir ini semakin banyak profesional (orang-orang berpendidikan tinggi, berbakat dan terlatih) terbaik negara-negara berkembang hijrah atau meninggalkan negaranya yang miskin ke negara-negara maju (negara-negara industri) seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Australia. Mereka itu adalah para ilmuwan, informatisi (ahli ICT), arsitek, insinyur, akademi, dokter, dan para ahli lainnya. Peristiwa ini lebih dikenal dengan istilah brain drain. Dimana peristiwa Brain drain ini merupakan kerugian besar bagi negara yang ditinggalkan.
Brain drain ini hampir sama dengan peristiwa aglomerasi. Aglomerasi adalah keadaan dimana penduduk di suatu negara terpusat di daerah perkotaan, terutama penduduk-penduduk yang berkualitas. Tujuan mereka pindah ke kota adalah karena prospek ekonomi yang menjanjikan. Sama seperti brain drain ini, dimana orang-orang yang pandai akan pindah ke negara maju, dengan tujuan yang salah satunya sama dengan aglomerasi tadi. Sehingga banyak orang-orang pandai terpusat di negara-negara maju. Perbedaanya hanya kalau aglomerasi terjadi hanya di suatu negara, yaitu antar daerah saja. Sedangkan brain drain terjadi di seluruh dunia yang meliputi banyak negara, yaitu baik negara maju maupun negara berkembang.

Banyak faktor yang bisa menyebabkan brain drain, yang bisa kita kategorikan menjadi dua : (1) faktor pendorong, (2) faktor penarik. Faktor pendorong adalah kondisi internal, baik persoalan individu (minat, motivasi, faktor keluarga, dsb.) maupun lingkungan (infrastruktur, insentif, pengakuan, dsb.) tempat dia berasal. Sementara faktor penarik adalah masalah insentif yang dijanjikan oleh berbagai negara maju yang bersangkutan, baik yang secara secara langsung ditawarkan, maupun tidak.
Berikut ini beberapa contoh faktor pendorong terjadinya fenomena brain draindi Indonesia, khususnya terkait dengan hengkangnya para pakar IPTEK:
• Kelembagaan IPTEK yang masih lemah.
• Hasil kerja para ilmuwan yang kurang dihargai.
• Anggaran IPTEK yang tidak proporsional, sangat kecil.
• Gaji ilmuwan sangat tidak memadai jika bandingkan dengan kompetensi yang dimiliki, terutama yang tersebar di lembaga-lembaga riset pemerintah dan universitas.
Faktor penarik yaitu faktor yang datang dari negeri tujuan, yaitu:
• untuk memperoleh prospek ekonomi dan kehidupan yang lebih baik, yaitu gaji yang lebih tinggi, kondisi kerja dan hidup yang lebih baik, dan perspektif karir yang terjamin.
• fasilitas yang ditawarkan juga sangat kompetitif, seperti fasilitas pendidikan, penelitian, dan teknologi yang lebih memadai, kesempatan memperoleh pengalaman bekerja yang luas.
• tradisi keilmuan dan budaya yang tinggi.
• agen di luar negeri yang sering memberikan informasi yang sangat bagus, dan lain sebagainya.
Brain drain jelas sangat merugikan negara yang ditinggalkan. Seandainya para pemimpin negara-negara muslim tersebut mampu mengelola SDM yang mereka miliki, tentu kondisinya akan jauh lebih lebih baik dibandingkan saat ini.
Kesimpulan
besarnya laju arus tenaga ahli dari negara berkembang ke negara-negara yang lebih maju (brain drain) menjadi salah satu alasan yang menunjukkan lemah dan kurang tepatnya strategi kebijakan dan pandangan dalam menumbuhkan khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi secara adil dan memadai serta kebijakan-kebijakan yang kurang mendukung para tenaga ahli.

0 komentar:

Posting Komentar