A. KEGELISAHAN
1. Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah. Dalam kamus umum
Bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminto, gelisah artinya tidak tentram hatinya, selalu
merasa khawatir, tidak dapat tenang dalam hidupnya, cemas. Jadi, kegelisahan adalah gejala universal,
ada pada manusia dimana saja.
Kegelisahan
timbul karena perbuatan manusia sendiri atau karena keadaan dari luar
lingkungan manusia sendiri, yang memberi pengaruh psikologis, yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain.
Manusia
suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Tragedi dunia modern
tidak sedikit dapat menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin akibat kebutuhan
hidup yang meningkat, rasa individualistis dan egoisme, persaingan dalam hidup,
keadaan yang tidak stabil dan seterusnya kegelisahan dalam konteks budaya
dapatkah dikatakan sebagai akibat adanya instik manusia untuk berbudaya, yaitu
sebagai upaya mencari kesempurnaan.
Alasan
mendasar mengapa manusia gelisah ialah karena manusia memiliki hati dan
perasaan. Bentuk kegelisahannya berupa:
1)
Keterasingan
2) Kesepian
3)
Ketidakpastian
Perasaan seseorang yang sedang gelisah ialah
hatinyatidak tentram, merasa khawatir,cemas, takut, dsb. Untuk mengatasi kegeisahan
ini, manusia diperintahkan untuk meningkatkan iman, taqwa dan amal shaleh.
Seperti Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah, lagi kikir; apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, tetapi bila mendapat kebaikan ia amat kikir,
kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan
shalatnya dan orang-oran yang dalamhartanya tersedia bagian tertentu, bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang (miskin) yang tidak bisa meminta.” (QS.
Al-Ma’arij, 70: 18-27).
Perasaan cemas menurut
Sigmund Freud ada tiga macam, yaitu:
1. Kecemasan kenyataan (obyektif)
Contohnya: Anaknya yang belum pulang, orang tua
yang sedang sakit, dsb.
2. Kecemasan neurotic (saraf)
Kecemasan ini timbul
karena pengamtan tentang bahaya dari naluriah. Menurut S. Freud kecemasan ini
dibagi dalam tiga macam, yaitu:
a) Kecemasan yang timbul
karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena orang itu
takut akan bayangannya sendiri sehingga menekan dan menguasai ego.
b) Rasa takut irrasional atau
phobia. Rasa takut ini sudah menular, sehingga kadang-kadang tanpa alas an dan
hanya karena pandangan saja. Yang kemudian dilanjutkan dengan khayalan yang
kuat dapat menimbulkan rasa takut.
Contoh :
·
Orang
takut ular, takut binatang berbulu, dsb.
c) Rasa takut lain ialah rasa
gugup, gagap dan sebagainya.
Contoh
:
·
Seorang
yang tak bisa bernyanyi atau bicara didepan umum, maka ia gelisah dan hilang
keseimbangan.
·
Penyesuaian
diri dengan lingkungan.
3. Kecemasan moral
Hal ini muncul dari emosi diri sendiri seperti
perasaan iri dan sebagainya.
Contoh :
·
Datuk
meringgi iri melihat kemajuan usaha bagindo sulaiman. Hatinya selalu gelisah,
takut usahanya akan mati, kalah bersaing. Karena itu ia selalu menyuruh orang
agar membakar took Bagindo sulaiman.
2. Sebab-sebab Orang Gelisah
Sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada
hakikatnya orang takut akan kehilangan hak-haknya. Kata ishak, “Hak artinya perintah atau segala
ajaran yang dibawa oleh Nabi dan Al-Qur’an”. Kalau hak bersifat abstrak, maka
hak dalam Al-Qur’an diberi bobot khusus, karena salah satu nama Allah SWT
adalah Al-Haq. Seperti dalam Al-Qur’an : “Kemudian
mereka dikembalikan kepada Allah. Tuhan penguasa yang Haq.” (QS.Al-Ana’am : 62)
Dan
Firman-Nya:
“Sekiranya al-Haq mengikuti hawa nafsu mereka
niscaya langit dan bumi jadi rusak”.
Banyak
orang berfikir bahwa kegelisahan, merupakan keadaaan yang tidak “diinginkan”.
Tetapi para ahli jiwa berfikir bahwa kegelisahan merupakan kondisi hidup
manusia, atau sebagai “kawan akrab” yang memberi stimulus kepada tingkah laku
manusia. Kegelisahan yang terhindarkan disebabkan oleh kompleksitas manusia,
lingkungan dimana ia tinggal, dan keterbatasan fisik dan jiwanya.
Berikut
terdapat contoh-contoh orang gelisah :
a) Kegelisahan
dan kompleksitas manusia
Motif-motif perbuatan yang
mendorong dan mengarahkan tingkah laku tidak timbul dan dapat mencapai pemuasan
dengan cara yang sederhana. Sebaliknya motif-motif itu terjadi dalam keadaan
ruwet, bahkan kadang-kadang penuh kekacauan. Motif yang berbeda-beda bersaing
satu sama lain, dan pemuasan terhadap motif pertama akan disusul dengan
datangnya motif yang lain. Bertumpuknya pola-pola motif kehidupan manusia
mengajarkan kepada manusia bahwa tidak semua motif dapat dipuaskan, tetapi ada
juga yang memerlukan kesabaran untuk menundanya, dan bahkan bila perlu motif
itu ditinggalkan. Bila tidak akan menghasilkan kegelisahan.
b) Kegelisahan
dan Kondisi Lingkungan
Pemuasan yang menyeluruh
pada saat motif juga hampir tidak mungkin sebab tujuan motif itu hanya biasa di
capai menyeluruh jika sesuai dengan apa yang tersedia dilingkungan kita. Pada
lingkungan tertentu makanan mungkin tak tersedia untuk memuaskan rasa lapar,
karena orang itu tidak mampu membelinya, atau kawan-kawan orang itu tidak memperhatikannya
atau mengaguminya yang dapat digunakan untuk memuaskan keinginan akan status,
keakraban, cinta dan sebagainya.
Hal di atas itu mengajarkan kepada kita bahwa
beberapa motif lebih penting dari lainnya karena cukup sulit untuk dicapai atau
motif itu berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Dalam kehidupan kita perkara
makan dan minum bukanlah perkara yang sulit, karena makanan dan minuman cukup
tersedia pada kita walau ala kadarnya.
3. Usaha-usaha Mengatasi
Kegelisahan
Usaha-usaha mengatasi kegelisahan pertama-tama
harus mulai dari diri sendiri, yaitu harus bersifat tenang, sabar dan iman
kepada Allah.
Firman
Allah :
“Dan
sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan berita gembira
kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah. 2:155)
Didalam Al-Qur’an Alah SWT memberi
petunjuk-petunjuk do’a yang baik untuk dibaca guna memohonkesabaran. Do’a
memohon kesabaran hati serta keteguhan pendirian dan pertolongan Allah SWT
dalam menghadapi cobaan dan orang kafir.
Firman
Allah SWT:
“Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri
kami dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”
(QS. Al-Baqarah, 2:250)
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami
dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu.” (QS. Al-A’raf,
7:126)
B. KETERASINGAN
1. Pengertian Keterasingan
Keterangan berasal dari kata “terasing” dan kata
itu dari kata dasar “asing” berarti “sendirian, tidak dikenal orang”. Terasing
berarti “disisihkan dari pergaulan”. Jadi, keterasingan berati hal-hal yang
berkenaan dengan tersisihkannya seseorang dari pergaulan, terpencil atau
terpisah dari orang lain.
Terasing atau keterasingan adalah merupakan bagian
hidup manusia terhadap kaum mukmin yang sedang berada ditemat pengasingan, jauh
dari tanah airnya, yang belum pernah ia lihat sebelumnya, Allah SWT memberikan
kesejukan hatinya dengan menunjukkan kiblat shalatnya.
Seperti
Firman-Nya :
“Dan kepunyaan Allah-Lah timur dan barat maka
kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah (kekuasaan Allah meliputi
seluruh alam). Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah, 2:115)
Hamparan bumi yang luas adalah tempat bagi
orang-orang mukmin untuk menyembah kepada Allah SWT. Karena dialah zat yang
berhak disembah disetiap tempat berbagai penjuru dunia.
2. Sebab-sebab Keterasingan
Orang hidup dalam keterasingan, pertama
sifat-sifat atau sikap yang tidak dapat diterima dan kedua karena perbuatannya.
Jadi keduanya juga karena perbuatan hanya berbeda sifatnya.
Bila
kita simpulkan, kedua sebab hidup keterasingan itu bersumber pada:
1) Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat
Perbuatan itu antara lain:
mencuri, bersikap angkuh, sombong atau kaku.
2) Sikap rendah diri
Sikap yang sejenis dengan
angkuh atau sombong ialah sikap kaku, pemarah dan suka berkelahi. Sikap seperti
ini, sebab takut terjadi konflik batin ataupun konflik fisik karena hal
merupakan perbuatan anak kecil.
Sikap ini juga disebut
sikap minder. Bukan orang lain yang memandang dirinya rendah, tetapi justru
dirinya sendiri. Sikap rendah diri itu ada sebab-sebabnya, mungkin cacat fisik,
karena sosial ekonominya, rendah pendidikannya dank arena perbuatannya.
A. Keterasingan karena cacat fisik
Cacat fisik itu tidak perlu membuat hidup terasing
karena cacat fisik itu kehendak Tuhan. Namun manusia, lain jalan pikirannya,
merasa malu anaknya atau cucunya yang cacat fisik, maka disingkirkan anak
tersebut dari pergaulan ramai, hidup dalam keterasingan.
Seperti
halnya dalam film “Detik-detik menyentuh kasih” seorang kakek malu melihat
cucunya lahir dalam keadaan cacat kakinya, ia berusaha membunuh bayi itu dengan
cara perlahan-lahan. Tetapi ibunya yang mengandung 9 bulan dengan penuh kasih
sayang, dengan diam-diam membawa lari anaknya ke sebuah desa jauh dari jauh
dari pergaulan ramai.
Anaknya
di didik diajar membaca, menulis, berhitung dan ternyata anak tersebut
mempunyai daya tangkap yang luar biasa. Dengan kaki buatan, ia dapat
bersekolah, bahkan sampai ke perguruan tinggi, dan akhirnya anak yang telah
dewasa itu berhasil menjadi penulis yang baik.
B. Keterasingan karena social ekonomi
Ekonomi kuat atau lemah adalah anugrah tuhan.
Orang tidak boleh membanggakan kekayaan, tetapi orang tidak boleh merasa rendah
diri karena keadaan ekonomi yang sangat rendah. Namun didalam kenyataan lain
keadaanya. Orang-orang yang lemah ekonominya sering kali merasa rendah diri,
akibat orang-orang yang kaya sering membanggakan kekayaannya, meskipun tidak
disengaja.
Seperti halnya dalam roman “Dian yang tidak kunjun
padam karya st.Alisyahbana”, setelah cintanya kepada Molek ditolak oleh orang
tua Molek R. Mahmud dan Cik Siti: Yasin mengasingkan diri dari pergaulan. R.
Mahmud beranggapan bahwa selain rendah martabatnya juga miskin. Oleh karena
merasa diri hanya sebagi penjual nanas, Yasin kecewa, ddan menyembunyikan diri
sebagai pertapa. Ia muncul pada waktu Molek meninggal dunia. Yasin bekerja
dengan giat, mengangkut air, dan menyediakan barang yang diperlukan untuk
pemakaman Molek. Molek meninggal akibat putus asa, kecewa atas perbuatan
suaminya, Sayid Mustafa keturunan Arab pilihan orang tuanya,
C. Keterasingan karena rendah pendidikan
Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan
rendah dan kurang pengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena
serba sulit menempatkan diri.
D. Keterasingan karena perbuatannya
Orang terpaksa hidup dalam keterasingan karena
merasa malu, dunia rasanya sempit, bila nampak orang ingin mukanya ditutupi.
Itu semua adalah akibat dari perbuatannya yang tidak bisa diterima oleh
masyarakat lingkungannya.
3. Usaha-Usaha untuk
Mengatasi Keterasingan
Keterasingan biasanya terjadi karena sikap
sombong, angkuh, pemarah, kaku, tetapi juga karena rendah diri, perbuatan yang
melanggar norma hukum. Pada hakikatnya sikap sombong, angkuh, kaku, rasa rendah
diri orang takut kehilangan haknya. Untuk mengatasi keterasingan ini perlu
kesadaran yang tinggi. Orang yang bersikap disadarkan, karerna apa yang mereka
lakukan dianggapnya sudah benar semua.
C. KESEPIAN
1. Pengertian Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi, artinya sunyilengang, tidak ramai,
tidak ada orang atau kendaraan, dan
sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi.
Misalnya:
Setelah
tembakan gencar itu berhenti, tampak Jalanan sepi. Orang takut keluar, bahkan
suara deru mobil pun tak kedengaran.
Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena
kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama atau sebentar, perasaan kesepian
ini bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
2. Sebab-sebab Terjadinya Kesepian
Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian,
frustasi pun dapat mengakibatkan kesepian yang bersangkutan tidak mau diganggu,
ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, ia kebih senang hidup
sendiri.
Kesepian itu akibat keterasingan dan keterasingan
akibat sikap sombong, angkuh, keras kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan
sepergaulan.
Kesepian juga disebabkan karena takut kehilangan
hak nama baik. Nama baik merupakan harapan setiap orang. Bahkan orang takut
mati demi menjaga nama baik. Meskipun sudah berhati-hati menjaganya mungkin
juga orang masih berbuat salah, sehingga cemar nama baiknya. Untuk ini, sering
kali yang bersangkutan terpaksa hidup mengasingkan diri, akibatnya kesepian.
D. KETIDAKPASTIAN
1.
Pengertian Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari
kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya), apa yang
dipikirkannya tidak searah. Itu semua adalah akibat
pikirannya tidak dapat konsentrasi.
Ketidakpastian adalah bagian dari hidup manusia.
Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian hidup. Setiap orang pernah
mengalaminya, Bahkan anak kecilpun pernah mengalaminya.
Misalnya:
Ketika
anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis kebingungan. Kebingungan itu
menunjukkan adanya ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
2. Sebab-sebab Terjadinya Ketidakpastian
Orang yang pikirannya terganggu tidak dapat
berpikir secara teratur, logis ataupun mengambil kesimpulan. Dalam berpikir ia
selalu menerima rangsangan (stimulus) dari luar, sehingga jalan pikirannya
menjadi kacau. Kalaupun ia dapat berpikir baik, akan memakan waktu yang cukup
lama dan sukar. Mereka menampakkan tanda-tanda obsesi, fobia/phobia, delusi,
gerakan-gerakan gemetar (buyuten), kehilangan pengertian (aparia), kehilangan
kemampuan untuk menangkap sesuatu (agnesia). Menurut Siti Meichati dalam
bukunya kesehatan mental ada beberapa sebab orang tidak dapat berpikir dengan
pasti. Sebab-sebab itu ialah sebagai berikut:
a. Obsesi
Obsesi
adalah gejala neurose jiwa,
yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus-menerus, biasanya
tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau sebab yang tak diketahui oleh
penderita. Misalnya, selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan kita.
Contoh:
ü
Seorang
kepala bagian suatu instansi karena kurang mampu bekerja selalu mempunyai
ingatan pihak yang ingin menjatuhkannya.
ü
Seorang
pedagang yang maju pesat, pada suatu saat berpikir olehnya ada kawannya yang
bingin menjatuhkannya. Pikirannya itu tidak hilang, tetapi justru menjadi-jadi.
Apalagi setelah ia merugi.
b. Phobia
Phobia adalah rasa ketakutan yang tak
terkendalikan, tidak normal, kepada suatu hal atau kejadian, tanpa diketahui
sebab-sebabnya.
Contoh:
ü
Orang
yang takut kepada tempat yang tinggi. Secara tidak disengaja, jalan naik tak
terasa, sampai atas, ia takut luar biasa (Acrophobia).
ü
Ada
pula orang yang takut kepada orang banyak yang sedang berkumpul. Pada suatu
hari dirumahnya ada pencuri, ia berteriak sehingga tetangga disekitarnya
berlari datang ke rumahnya. Dalam sekejap telah berkumpul puluhan
orang. Herannya justru gemetaran, pucat, ketakutan luar biasa
(Ochlophobia).
Orang yang dilanda ketakutan itu tidak dapat
berfikir, pikirannya tidak pasti tidak menentu.
c. Delusi
Menunjukkan pikiran yang tidak beres, karena
berdasarkan suatu keyainan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat. Tidak ada
dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman.
Delusi
ini ada tiga macam, yakni:
1) Delusi persekusi
Menganggap adanya keadaan yang jelek disekitarnya.
2) Delusi keagungan
Menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang
seperti itu biasanya gila hormat. Menganggap orang di sekitarnya sebagai
orang-orang yang tidak penting. Akhirnya semua orang menjauhi juga. Jadi,
hampir sama dengan delusi persekusi. Yang jelas akibatnya sama, ialah dijauhi
semua orang.
3) Delusi melancholis
Merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini
dapat mengakibatkan buyuten atau dikenal dengan nama delirium tremens,
hilangnya kesadaran dan menyebabkan otot-otot tak berkuasa lagi. Ia kehilangan
ingatannya sama sekali. Ia kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi
tinggi dan mengingat sesuatu yang belum pernah dialami.
Contoh:
Mang cecep orang kampung pada suatu hari dipanggil
ke pengadilan untuk diminta kesaksiannya. Tetapi karena takutnya, keringat
dingin mengucur, ditanya ini itu tak dapat dijawab, mulutnya gementar. Akhirnya
jaksa tak memperoleh kesaksian apa-apa darinya. Untung saja ia tak jaut
pingsan.
d. Histeria
Ialah neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan
mental, kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak
mampu menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang lain.
Contoh:
§
Neneng
seorang gadis yang cukup manis. Pada suatu hari ia melihat pacarnya
berjalan-jalan dengan seorang gadis yang belum pernah dikenalnya. Rasa cemburu
berkecamuk dihatinya, dan setibanya di rumah dia berteriak histeris.
§
Ketika
ibu Bakri sedang melayani anaknya makan, datang orang-orang mengetuk pintu,
mengucap salam. Dijawabnya dan keluarlah ia. Di luar, kagetlah ia melihat orang
banyak mengusung jenazah yang ditutupi kain. Ibu itu langsung bertanya siapa
itu ?” Itu, bukan kang Bakri ! Semua yang ditanya diam. Akhirnya dia berteriak
histeris lalu pingsan.
e. Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan panca
indra. Seperti para prewangan (medium) dapat digolongkan pada pengalaman
halusinasi. Dengan Sugesti diri orang dapat juga berhalusinasi. Halusinasi
buatan, misalnya dapat dialami oleh orang mabuk atau pemakaian obat bius.
Kadang-kadang karena halusinasi orang-orang merasa mendapat tekanan-tekanan
terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini nampak dalam
perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatannya itu,
tetapi tidak dapat menahan rangsang khayalan sendiri).
Contoh:
o
Pada
suatu hari saya diajak teman saya yang bernama Nuradi pergi ke rumah orang yang
dapat menyebutkan siapa yang mencuri TV nya. Prewangan itu namanya Mbah Umi.
Setelah Mbah Umi makan bunga mawar, kemudian berbicara dengan suara yang agak
berbeda, entah suara itu dibuat-buat atau benar-benar suara yang timbul
sebelumnya.
o
Atang
memang seorang peminum. Bila sedang marah makin hebat minumnya. Setelah ia
mabuk biasanya ia mengoceh (berbicara tidak menentu).
f. Kompulasi
Kompulasi ialah keragu-raguan yang sangat mengenai
apa yang telah dikerjakan, sehingga ada dorongan yang tak disadari untuk selalu
melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali (Neurose).
Contoh:
ü
Keinginan
untuk mengambil barang orang (mencuri), padahal barang itu tak bermanfaat
baginya, dan andaikata ingin membeli, mampu juga dia (Kleptomania).
ü
Keinginan
minum-minuman keras. Orang itu bukan pemabuk, tetapi bila dilanda pikiran atau
perasaan kecewa keinginan minumnya tak dapat dibendungnya (dispemania).
g. Keadaan
Emosi
Dalam keadaan tertentu seseorang sangat
terpengaruh oleh emosinya. Ia sampai pada keseluruhan pribadinya : gangguan
pada nafsu makan, pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan
darah tinggi/lemah. Sikapnya dapat apatis atau terlalu gembira dan karena itu
dilepaskan di dalam gerakan-gerakan lari-larian, nyanyian, ketawa atau
berbicara. Sikap ini dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak
bersemangat, gelisah, dsb. Jelas kepada kita orang yang demikian itu tidak
mungkin dapat berfikir dengan tenang dan dengan baik.
Untuk mengatasi atau untuk menghilangkan pikiran
yang kacau itu perlu dicari penyebabnya, andaikata telah diketahui penyebabnya
tetap masih sakit, penderita perlu diajak pergi atau pergi sendiri ke psikolog.
Untuk menghadapi kegelisahan biasanya dengan
menggunakan sikap positif yang biasa berlaku umum ini akan berwujud tindakan-tindakan
yang sangat dianjurkan, yaitu meliputi:
1.
Hadapi
dan rencanakan segala kemungkinan problema yang timbul dan sikap yang
dibayangkan akan terjadi, sampai pada yang sejelek mungkin.
2. Susunlah persiapan
cara-cara menghadapinya beserta pemecahannya.
3. Mendeteksi sebanyak
mungkin tentang hal-hal yang menyebabkan gelisah termasuk didalamnya;
sebab-sebab dan problemanya.
4. Hadapilah dengan tabah
kegelisahan beserta sebab-sebab dan problemanya dan bersiap sedia.
5. Jika mampu meskipun
mungkin tidak dapat secara spontan hilangkanlah sebab-sebab kegelisahan yang
ada.
6.
Ajaklah
orang lain bekerja sama dalam mengatasi kegelisahan ini paling tidak untuk ikut
memikirkan atau memberi perhatian atau memahami keadaan sadar.
Sumber
Referensi :
http://ilmubudayadasar-wanda.blogspot.com/2011/12/manusia-dan-kegelisahan.html
0 komentar:
Posting Komentar