Welcome to my blog

MANUSIA DAN KEGELISAHAN


A. KEGELISAHAN
1.  Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminto, gelisah artinya tidak tentram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak dapat tenang dalam hidupnya, cemas. Jadi, kegelisahan adalah gejala universal, ada pada manusia dimana saja.
            Kegelisahan timbul karena perbuatan manusia sendiri atau karena keadaan dari luar lingkungan manusia sendiri, yang memberi pengaruh psikologis, yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain.
            Manusia suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Tragedi dunia modern tidak sedikit dapat menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin akibat kebutuhan hidup yang meningkat, rasa individualistis dan egoisme, persaingan dalam hidup, keadaan yang tidak stabil dan seterusnya kegelisahan dalam konteks budaya dapatkah dikatakan sebagai akibat adanya instik manusia untuk berbudaya, yaitu sebagai upaya mencari kesempurnaan.

            Alasan mendasar mengapa manusia gelisah ialah karena manusia memiliki hati dan perasaan. Bentuk kegelisahannya berupa:
1)    Keterasingan
2)   Kesepian
3)   Ketidakpastian

Perasaan seseorang yang sedang gelisah ialah hatinyatidak tentram, merasa khawatir,cemas, takut, dsb. Untuk mengatasi kegeisahan ini, manusia diperintahkan untuk meningkatkan iman, taqwa dan amal shaleh. Seperti Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah, lagi kikir; apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, tetapi bila mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya dan orang-oran yang dalamhartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang (miskin) yang tidak bisa meminta.” (QS. Al-Ma’arij, 70: 18-27).

Perasaan cemas menurut Sigmund Freud ada tiga macam, yaitu:
1.  Kecemasan kenyataan (obyektif)
Contohnya: Anaknya yang belum pulang, orang tua yang sedang sakit, dsb.

2.  Kecemasan neurotic (saraf)
Kecemasan ini timbul karena pengamtan tentang bahaya dari naluriah. Menurut S. Freud kecemasan ini dibagi dalam tiga macam, yaitu:
a)    Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri sehingga menekan dan menguasai ego.
b)   Rasa takut irrasional atau phobia. Rasa takut ini sudah menular, sehingga kadang-kadang tanpa alas an dan hanya karena pandangan saja. Yang kemudian dilanjutkan dengan khayalan yang kuat dapat menimbulkan rasa takut.
Contoh :      
·         Orang takut ular, takut binatang berbulu, dsb.
c)    Rasa takut lain ialah rasa gugup, gagap dan sebagainya.
Contoh :
·         Seorang yang tak bisa bernyanyi atau bicara didepan umum, maka ia gelisah dan hilang keseimbangan.
·         Penyesuaian diri dengan lingkungan.

3.  Kecemasan moral
Hal ini muncul dari emosi diri sendiri seperti perasaan iri dan sebagainya.
Contoh :
·         Datuk meringgi iri melihat kemajuan usaha bagindo sulaiman. Hatinya selalu gelisah, takut usahanya akan mati, kalah bersaing. Karena itu ia selalu menyuruh orang agar membakar took Bagindo sulaiman.

2.  Sebab-sebab Orang Gelisah
Sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada hakikatnya orang takut akan kehilangan hak-haknya. Kata ishak, Hak artinya perintah atau segala ajaran yang dibawa oleh Nabi dan Al-Qur’an”. Kalau hak bersifat abstrak, maka hak dalam Al-Qur’an diberi bobot khusus, karena salah satu nama Allah SWT adalah Al-Haq. Seperti dalam Al-Qur’an : “Kemudian mereka dikembalikan kepada Allah. Tuhan penguasa yang Haq.” (QS.Al-Ana’am : 62)

Dan Firman-Nya:
“Sekiranya al-Haq mengikuti hawa nafsu mereka niscaya langit dan bumi jadi rusak”.
Banyak orang berfikir bahwa kegelisahan, merupakan keadaaan yang tidak “diinginkan”. Tetapi para ahli jiwa berfikir bahwa kegelisahan merupakan kondisi hidup manusia, atau sebagai “kawan akrab” yang memberi stimulus kepada tingkah laku manusia. Kegelisahan yang terhindarkan disebabkan oleh kompleksitas manusia, lingkungan dimana ia tinggal, dan keterbatasan fisik dan jiwanya.

Berikut terdapat contoh-contoh orang gelisah :
a)   Kegelisahan dan kompleksitas manusia
Motif-motif perbuatan yang mendorong dan mengarahkan tingkah laku tidak timbul dan dapat mencapai pemuasan dengan cara yang sederhana. Sebaliknya motif-motif itu terjadi dalam keadaan ruwet, bahkan kadang-kadang penuh kekacauan. Motif yang berbeda-beda bersaing satu sama lain, dan pemuasan terhadap motif pertama akan disusul dengan datangnya motif yang lain. Bertumpuknya pola-pola motif kehidupan manusia mengajarkan kepada manusia bahwa tidak semua motif dapat dipuaskan, tetapi ada juga yang memerlukan kesabaran untuk menundanya, dan bahkan bila perlu motif itu ditinggalkan. Bila tidak akan menghasilkan kegelisahan.

b)  Kegelisahan dan Kondisi Lingkungan
Pemuasan yang menyeluruh pada saat motif juga hampir tidak mungkin sebab tujuan motif itu hanya biasa di capai menyeluruh jika sesuai dengan apa yang tersedia dilingkungan kita. Pada lingkungan tertentu makanan mungkin tak tersedia untuk memuaskan rasa lapar, karena orang itu tidak mampu membelinya, atau kawan-kawan orang itu tidak memperhatikannya atau mengaguminya yang dapat digunakan untuk memuaskan keinginan akan status, keakraban, cinta dan sebagainya.

Hal di atas itu mengajarkan kepada kita bahwa beberapa motif lebih penting dari lainnya karena cukup sulit untuk dicapai atau motif itu berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Dalam kehidupan kita perkara makan dan minum bukanlah perkara yang sulit, karena makanan dan minuman cukup tersedia pada kita walau ala kadarnya.

3.  Usaha-usaha Mengatasi Kegelisahan
Usaha-usaha mengatasi kegelisahan pertama-tama harus mulai dari diri sendiri, yaitu harus bersifat tenang, sabar dan iman kepada Allah.

Firman Allah :
“Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah. 2:155)

Didalam Al-Qur’an Alah SWT memberi petunjuk-petunjuk do’a yang baik untuk dibaca guna memohonkesabaran. Do’a memohon kesabaran hati serta keteguhan pendirian dan pertolongan Allah SWT dalam menghadapi cobaan dan orang kafir.

Firman Allah SWT:
“Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah, 2:250)
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu.” (QS. Al-A’raf, 7:126)

B. KETERASINGAN
1.  Pengertian Keterasingan
Keterangan berasal dari kata “terasing” dan kata itu dari kata dasar “asing” berarti “sendirian, tidak dikenal orang”. Terasing berarti “disisihkan dari pergaulan”. Jadi, keterasingan berati hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkannya seseorang dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari orang lain.
Terasing atau keterasingan adalah merupakan bagian hidup manusia terhadap kaum mukmin yang sedang berada ditemat pengasingan, jauh dari tanah airnya, yang belum pernah ia lihat sebelumnya, Allah SWT memberikan kesejukan hatinya dengan menunjukkan kiblat shalatnya.

Seperti Firman-Nya :
“Dan kepunyaan Allah-Lah timur dan barat maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah (kekuasaan Allah meliputi seluruh alam). Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah, 2:115)

Hamparan bumi yang luas adalah tempat bagi orang-orang mukmin untuk menyembah kepada Allah SWT. Karena dialah zat yang berhak disembah disetiap tempat berbagai penjuru dunia.

2.  Sebab-sebab Keterasingan
Orang hidup dalam keterasingan, pertama sifat-sifat atau sikap yang tidak dapat diterima dan kedua karena perbuatannya. Jadi keduanya juga karena perbuatan hanya berbeda sifatnya.

Bila kita simpulkan, kedua sebab hidup keterasingan itu bersumber pada:
1)  Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat
Perbuatan itu antara lain: mencuri, bersikap angkuh, sombong atau kaku.
2)  Sikap rendah diri
Sikap yang sejenis dengan angkuh atau sombong ialah sikap kaku, pemarah dan suka berkelahi. Sikap seperti ini, sebab takut terjadi konflik batin ataupun konflik fisik karena hal merupakan perbuatan anak kecil.
Sikap ini juga disebut sikap minder. Bukan orang lain yang memandang dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri. Sikap rendah diri itu ada sebab-sebabnya, mungkin cacat fisik, karena sosial ekonominya, rendah pendidikannya dank arena perbuatannya.

A.  Keterasingan karena cacat fisik
Cacat fisik itu tidak perlu membuat hidup terasing karena cacat fisik itu kehendak Tuhan. Namun manusia, lain jalan pikirannya, merasa malu anaknya atau cucunya yang cacat fisik, maka disingkirkan anak tersebut dari pergaulan ramai, hidup dalam keterasingan.
            Seperti halnya dalam film “Detik-detik menyentuh kasih” seorang kakek malu melihat cucunya lahir dalam keadaan cacat kakinya, ia berusaha membunuh bayi itu dengan cara perlahan-lahan. Tetapi ibunya yang mengandung 9 bulan dengan penuh kasih sayang, dengan diam-diam membawa lari anaknya ke sebuah desa jauh dari jauh dari pergaulan ramai.
            Anaknya di didik diajar membaca, menulis, berhitung dan ternyata anak tersebut mempunyai daya tangkap yang luar biasa. Dengan kaki buatan, ia dapat bersekolah, bahkan sampai ke perguruan tinggi, dan akhirnya anak yang telah dewasa itu berhasil menjadi penulis yang baik.

B.  Keterasingan karena social ekonomi
Ekonomi kuat atau lemah adalah anugrah tuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan, tetapi orang tidak boleh merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang sangat rendah. Namun didalam kenyataan lain keadaanya. Orang-orang yang lemah ekonominya sering kali merasa rendah diri, akibat orang-orang yang kaya sering membanggakan kekayaannya, meskipun tidak disengaja.
Seperti halnya dalam roman “Dian yang tidak kunjun padam karya st.Alisyahbana”, setelah cintanya kepada Molek ditolak oleh orang tua Molek R. Mahmud dan Cik Siti: Yasin mengasingkan diri dari pergaulan. R. Mahmud beranggapan bahwa selain rendah martabatnya juga miskin. Oleh karena merasa diri hanya sebagi penjual nanas, Yasin kecewa, ddan menyembunyikan diri sebagai pertapa. Ia muncul pada waktu Molek meninggal dunia. Yasin bekerja dengan giat, mengangkut air, dan menyediakan barang yang diperlukan untuk pemakaman Molek. Molek meninggal akibat putus asa, kecewa atas perbuatan suaminya, Sayid Mustafa keturunan Arab pilihan orang tuanya,

C.  Keterasingan karena rendah pendidikan
Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang pengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena serba sulit menempatkan diri.

D.  Keterasingan karena perbuatannya
Orang terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya sempit, bila nampak orang ingin mukanya ditutupi. Itu semua adalah akibat dari perbuatannya yang tidak bisa diterima oleh masyarakat lingkungannya.

3.  Usaha-Usaha untuk Mengatasi Keterasingan
Keterasingan biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, tetapi juga karena rendah diri, perbuatan yang melanggar norma hukum. Pada hakikatnya sikap sombong, angkuh, kaku, rasa rendah diri orang takut kehilangan haknya. Untuk mengatasi keterasingan ini perlu kesadaran yang tinggi. Orang yang bersikap disadarkan, karerna apa yang mereka lakukan dianggapnya sudah benar semua. 

C. KESEPIAN
1.  Pengertian Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi, artinya sunyilengang, tidak ramai, tidak ada orang atau kendaraan, dan sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi.

Misalnya:
Setelah tembakan gencar itu berhenti, tampak Jalanan sepi. Orang takut keluar, bahkan suara deru mobil pun tak kedengaran.
Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama atau sebentar, perasaan kesepian ini bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.

2.  Sebab-sebab Terjadinya Kesepian
Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian, frustasi pun dapat mengakibatkan kesepian yang bersangkutan tidak mau diganggu, ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, ia kebih senang hidup sendiri.
Kesepian itu akibat keterasingan dan keterasingan akibat sikap sombong, angkuh, keras kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan sepergaulan.
Kesepian juga disebabkan karena takut kehilangan hak nama baik. Nama baik merupakan harapan setiap orang. Bahkan orang takut mati demi menjaga nama baik. Meskipun sudah berhati-hati menjaganya mungkin juga orang masih berbuat salah, sehingga cemar nama baiknya. Untuk ini, sering kali yang bersangkutan terpaksa hidup mengasingkan diri, akibatnya kesepian.

D. KETIDAKPASTIAN
1.  Pengertian Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya), apa yang dipikirkannya tidak searah. Itu semua adalah akibat pikirannya tidak dapat konsentrasi.
Ketidakpastian adalah bagian dari hidup manusia. Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian hidup. Setiap orang pernah mengalaminya, Bahkan anak kecilpun pernah mengalaminya. 

Misalnya:
Ketika anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis kebingungan. Kebingungan itu menunjukkan adanya ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.

2.  Sebab-sebab Terjadinya Ketidakpastian
Orang yang pikirannya terganggu tidak dapat berpikir secara teratur, logis ataupun mengambil kesimpulan. Dalam berpikir ia selalu menerima rangsangan (stimulus) dari luar, sehingga jalan pikirannya menjadi kacau. Kalaupun ia dapat berpikir baik, akan memakan waktu yang cukup lama dan sukar. Mereka menampakkan tanda-tanda obsesi, fobia/phobia, delusi, gerakan-gerakan gemetar (buyuten), kehilangan pengertian (aparia), kehilangan kemampuan untuk menangkap sesuatu (agnesia). Menurut Siti Meichati  dalam bukunya kesehatan mental ada beberapa sebab orang tidak dapat berpikir dengan pasti. Sebab-sebab itu ialah sebagai berikut:

a.  Obsesi
Obsesi adalah gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau sebab yang tak diketahui oleh penderita. Misalnya, selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan kita.

Contoh:
ü  Seorang kepala bagian suatu instansi karena kurang mampu bekerja selalu mempunyai ingatan pihak yang ingin menjatuhkannya.
ü  Seorang pedagang yang maju pesat, pada suatu saat berpikir olehnya ada kawannya yang bingin menjatuhkannya. Pikirannya itu tidak hilang, tetapi justru menjadi-jadi. Apalagi setelah ia merugi.

b.  Phobia
Phobia adalah rasa ketakutan yang tak terkendalikan, tidak normal, kepada suatu hal atau kejadian, tanpa diketahui sebab-sebabnya.

Contoh:
ü  Orang yang takut kepada tempat yang tinggi. Secara tidak disengaja, jalan naik tak terasa, sampai atas, ia takut luar biasa (Acrophobia).
ü  Ada pula orang yang takut kepada orang banyak yang sedang berkumpul. Pada suatu hari dirumahnya ada pencuri, ia berteriak sehingga tetangga disekitarnya berlari datang ke rumahnya. Dalam sekejap telah berkumpul puluhan orang.  Herannya justru gemetaran, pucat, ketakutan luar biasa (Ochlophobia).

Orang yang dilanda ketakutan itu tidak dapat berfikir, pikirannya tidak pasti tidak menentu.

c.   Delusi
Menunjukkan pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan suatu keyainan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat. Tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman.

Delusi ini ada tiga macam, yakni:
1)  Delusi persekusi
Menganggap adanya keadaan yang jelek disekitarnya.
2)  Delusi keagungan
Menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti itu biasanya gila hormat. Menganggap orang di sekitarnya sebagai orang-orang yang tidak penting. Akhirnya semua orang menjauhi juga. Jadi, hampir sama dengan delusi persekusi. Yang jelas akibatnya sama, ialah dijauhi semua orang.
3)  Delusi melancholis
Merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyuten atau dikenal dengan nama delirium tremens, hilangnya kesadaran dan menyebabkan otot-otot tak berkuasa lagi. Ia kehilangan ingatannya sama sekali. Ia kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum pernah dialami.

Contoh:
Mang cecep orang kampung pada suatu hari dipanggil ke pengadilan untuk diminta kesaksiannya. Tetapi karena takutnya, keringat dingin mengucur, ditanya ini itu tak dapat dijawab, mulutnya gementar. Akhirnya jaksa tak memperoleh kesaksian apa-apa darinya. Untung saja ia tak jaut pingsan.

d.  Histeria
Ialah neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental, kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang lain.

Contoh:
§  Neneng seorang gadis yang cukup manis. Pada suatu hari ia melihat pacarnya berjalan-jalan dengan seorang gadis yang belum pernah dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk dihatinya, dan setibanya di rumah dia berteriak histeris.
§  Ketika ibu Bakri sedang melayani anaknya makan, datang orang-orang mengetuk pintu, mengucap salam. Dijawabnya dan keluarlah ia. Di luar, kagetlah ia melihat orang banyak mengusung jenazah yang ditutupi kain. Ibu itu langsung bertanya siapa itu ?” Itu, bukan kang Bakri ! Semua yang ditanya diam. Akhirnya dia berteriak histeris lalu pingsan.

e.  Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan panca indra. Seperti para prewangan (medium) dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan Sugesti diri orang dapat juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang mabuk atau pemakaian obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi orang-orang merasa mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini nampak dalam perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan rangsang khayalan sendiri).

Contoh:
o   Pada suatu hari saya diajak teman saya yang bernama Nuradi pergi ke rumah orang yang dapat menyebutkan siapa yang mencuri TV nya. Prewangan itu namanya Mbah Umi. Setelah Mbah Umi makan bunga mawar, kemudian berbicara dengan suara yang agak berbeda, entah suara itu dibuat-buat atau benar-benar suara yang timbul sebelumnya.
o   Atang memang seorang peminum. Bila sedang marah makin hebat minumnya. Setelah ia mabuk biasanya ia mengoceh (berbicara tidak menentu).

f.   Kompulasi
Kompulasi ialah keragu-raguan yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakan, sehingga ada dorongan yang tak disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali (Neurose).

Contoh:
ü  Keinginan untuk mengambil barang orang (mencuri), padahal barang itu tak bermanfaat baginya, dan andaikata ingin membeli, mampu juga dia (Kleptomania).
ü  Keinginan minum-minuman keras. Orang itu bukan pemabuk, tetapi bila dilanda pikiran atau perasaan kecewa keinginan minumnya tak dapat dibendungnya (dispemania).

g.  Keadaan Emosi
Dalam keadaan tertentu seseorang sangat terpengaruh oleh emosinya. Ia sampai pada keseluruhan pribadinya : gangguan pada nafsu makan, pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya dapat apatis atau terlalu gembira dan karena itu dilepaskan di dalam gerakan-gerakan lari-larian, nyanyian, ketawa atau berbicara. Sikap ini dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, dsb. Jelas kepada kita orang yang demikian itu tidak mungkin dapat berfikir dengan tenang dan dengan baik.
Untuk mengatasi atau untuk menghilangkan pikiran yang kacau itu perlu dicari penyebabnya, andaikata telah diketahui penyebabnya tetap masih sakit, penderita perlu diajak pergi atau pergi sendiri ke psikolog.
Untuk menghadapi kegelisahan biasanya dengan menggunakan sikap positif yang biasa berlaku umum ini akan berwujud tindakan-tindakan yang sangat dianjurkan, yaitu meliputi:
1.     Hadapi dan rencanakan segala kemungkinan problema yang timbul dan sikap yang dibayangkan akan terjadi, sampai pada yang sejelek mungkin.
2.    Susunlah persiapan cara-cara menghadapinya beserta pemecahannya.
3.    Mendeteksi sebanyak mungkin tentang hal-hal yang menyebabkan gelisah termasuk didalamnya; sebab-sebab dan problemanya.
4.    Hadapilah dengan tabah kegelisahan beserta sebab-sebab dan problemanya dan bersiap sedia.
5.    Jika mampu meskipun mungkin tidak dapat secara spontan hilangkanlah sebab-sebab kegelisahan yang ada.
6.    Ajaklah orang lain bekerja sama dalam mengatasi kegelisahan ini paling tidak untuk ikut memikirkan atau memberi perhatian atau memahami keadaan sadar.

Sumber Referensi :

http://ilmubudayadasar-wanda.blogspot.com/2011/12/manusia-dan-kegelisahan.html

0 komentar:

Posting Komentar