A.
PENGERTIAN
& MAKNA TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut
kamus umum bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung
segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung
jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tangung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Seorang mahasiswa mempunyai kewajiban belajar. Bila belajar, maka hal itu
berarti ia telah memenuhi kewajibannya. Berarti pula ia telah bertanggung jawab
atas kewajibannya. Sudah tentu bagaimana kegiatan belajar si mahasiswa, itulah
kadar pertanggungjawabannya. Bila pada ujian ia mendapat nilai A, B atau C
itulah kadar pertanggung-jawabannya.
Bila si mahasiswa malas belajar, dan ia sadar akan hal itu. Tetapi ia tetap
tidak mau Belajar dengan alasan capek, segan dan lain-lain. Padahal ia
menghadapi ujian. Ini berarti bahwa si mahasiswa tidak
memenuhi kewajibannya, berarti pula ia tidak bertanggung jawab.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa
bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk
perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan
pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan
kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui
pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B.
MACAM-MACAM
TANGGUNG JAWAB
Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau
untuk keperluan pihak lain. Untuk itu ia manghadapi
manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi
lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juga menyadari
bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan yaitu
kekuasaan Tuhan. Dengan demikian
tanggung jawab itu dapat dibedakan
menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya.
Atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung
jawab, yaitu :
1) Tanggung
jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut
kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam
mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan
demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan
mengenai dirinya sendiri. Menurut sifat dasarnya manusia
adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi. Karena
merupakan seorang pribadi maka manusia mempunyai
pendapat sendiri, perasaan sendiri angan-angan sendiri. Sebagai
perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan itu manusia
berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak
luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang disengaja
maupun tidak disengaja.
Contoh:
Rudi membaca sambil berjalan. Meskipun sebentar-sebentar ia melihat
jalan, tetap juga ia lengah, dan terperosok ke sebuah
lobang. kakinya terkilir. Ia menyesali dirinya sendiri akan
kejadian itu. Ia harus beristirahat dirumah
beberapa hari. Konsekwensi tinggal di rumah beberapa hari merupakan
tanggung jawab sendiri akan kelengahannya.
2) Tanggung
jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil.
Keluarga terdiri dari suami-istri. ayah-ibu dan
anak-anak. Dan juga orang lain yang menjadi anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab
kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik
keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan,
keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
Contoh
:
Seorang ibu telah dikarunia tiga anak, kemudian
oleh sesuatu sebab suaminya meninggal dunia, karena ia tidak
mempunyai pekeIjaan / tidak bekerja pada waktu
suaminya masih hidup maka demi rasa tanggung
jawabnya terhadap keluarga ia melacurkan diri.
Ditinjau dari segi moral hal ini tidak bisa diterima karena
melacurkan diri termasuk tindakan di kutuk,
tetapi dari segi tanggung jawab ia termasuk
orang yang dipuji. karena demi rasa
tanggung jawabnya terhadap keluarga ia rela berkorban
menjadi manusia yang hina dan dikutuk.
3) Tanggung
jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa
bantuan manusia lain. sesuai dengan kedudukannya
sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan
manusia lain maka ia harus berkomunikasi
dengan manusia lain tersebut. Sehingga
dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat
yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat
yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat
tersebut Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya
harus dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat.
Contoh:
Hanafi terlalu congkak dan sombong, ia mengejek dan menghina
pakaian pengantin adat Minangkabau. Ia tidak memakai
pakaian itu, bahkan penutup kepala yang
dikeramatkan pun semula ditolak. Tetapi setelah ada ancaman dari pihak
pengiring, terpaksa Hanafi mau memakainya juga. Di dalam
peralatan itu hampir-hampir pernikahan dibatalkan, karena timbul
perselisihan antara pihak kaum perempuan dengan pihak
kaum laki-laki. Pangkalnya dari Hanafi juga. Ia berkata
pakaian mempelai yang masih sekarang dilazimkan di negerinya,
yaitu pakaian secara zaman dahulu, disebutkannya cara anak komedi Istambul.
Jika ia dipaksa memakai secara itu, sukalah urung
sahaja, demikian katanya dengan pendek. Setelah timbul pertengkaran
di dalam keluarga pihaknya sendiri akhirnya
diterimalah, bahwa ia memakai smoking, yaitu jas hitam, celana
hitam, dengan berompi dan berdasi putih. Tetapi waktu hendak
menutup kepalanya, sudah berselisih
pula. Dengan kekerasan ia menolak pakaian
dester suluk, yaitu pakaian orang Minangkabau.
Bertangisan sekalipun perempuan meminta supaya ia
jangan menolak tanda keminangkabauan yang satu, yaitu selama beralat
saja. Jika peralatan sudah selesai, bolehlah ia nanti memakai sekehendak
hatinya pula. Hanafi tetap menolak kehendak orang tua, ia tidak hendak
menutup kepala, karena lebih gila pula dari
pada anak komidi, bila memakai dester saluk
dengan baju smoking dan dasi. Setelah ibunya sendiri hilang
sabamya dan memukul-mukul dada di muka anak yang “terpelajar” itu,
barulah Hanafi menurut kehendak orang banyak, sambil mengeluh dan teringat akan
badannya yang sudah “tergadai”. Untunglah ia menurutkan hal menutup
kepala itu, karena sekalian pengantar dan pasuinandan (pengiring bangsa
perempuan) sudah berkata bahwa mereka tak sudi mengiringkan “mempelai
didong”. Akhimya Hanafi tunduk pula dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat, Meskipun harus bersitegang dahulu. Sebagai pertanggungjawaban
kecongkakan dan kesombongannya itu, Hanafi harus menerima rasa antipati
dari masyarakat Minangkabau yang sangat ketat terhadap adat itu (salah
asuhan)
4) Tanggung
jawab kepada Bangsa / Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap
individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat,
bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran
yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila
perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada
negara.
Contoh:
1) Dalam novel jalan tak ada ujung karya
Muchtar Lubis, Guru Isa yang tekenal sebagai guru yang baik, terpaksa mencuri
barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya. Perbuatan guru isa ini
harus pula dipertanggung-jawabkan kepada pemerintah kalau perbuataan itu
diketahui ia harus berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan.
2) Kumbakarna menolak perintah kakaknya, juga
rajanya yaitu Rahwana untuk berperang melawan rama, karena kakanya
berbuat keburukan. Bukan main Rahwana. Ia membangkit-bangkitkan hutang budi
Kumbakama terhadap kerajan Alengka. Kumbakama menyadari kedudukannya sebagai
panglima perang, karena itu berangkat juga ia ke medan perang menghadapi
Rama. Akan tetapi ia maju ke medan perang bukan karena membela kakanya,
melainkan karena rasa tanggung jawabnya sebagai panglima yang harus membela
negara ( Ramayana)
5) Tanggung
jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa
tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai
tanggung jawab langsnng terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa
lepas dari hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab sud
melalui berbagai macam agama Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan
segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan peringatan yang keraspun
manusia masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab
dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan
tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia ternadap Tuhan sebagai
penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya, manusia perlu
pengorbanan.
Contoh:
Seorang biarawati dengan ikhlas tidak menikah selama hidupnya karena dituntut
tanggung jawabnya terhadap Tuhan sesuai dengan hukum-hukum yang ada
pada agamanya, hal ini dilakukan agar ia dapat sepenuhnya
mengabdikan diri kepada Tuhan demi rasa tanggung jawabnya.
Dalam rangka memenuhi tanggung jawab ini ia
berkorban tidak memenuhi kodrat manusia
pada umumnya yang seharusnya
meneruskan keturunannya yang sebetulnya juga merupakan
sebagian tanggung jawabnya sebagai mahluk Tuhan.
C.
PENGABDIAN
DAN PENGORBANAN
Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan.
Pengabdian dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk
kepentingan manusia itu sendiri.
(a). Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga
sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat,
atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian
itu pada hakekatnya adalah rasa tanggung jawab. Apabila orang
bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan. hal itu
berarti mengabdi kepada keluarga. Lain halnya jika kita
membantu teman dalam kesulitan, mungkin sampai berhari-hari
itu bukan pengabdian. tetapi hanya bantuan saja. Berikut ini
diberikan gambaran bagaimana orang tua mengabdi kepada
putra-putrinya demi kebahagiaan keluarga mereka.
Sepasang suami istri guru sekolah dasar
di sebuah desa. Anaknya cukup banyak. yaitu 6
orang. Untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga
besar tesebut. si ibu tetap bekerja sebagai guru.
karena tahu bahwa gaji suaminya juga kecil, Si
ibu di rumah tidak melepaskan tanggung jawabnya sebagai
ibu rumah tangga, karena memang tidak mampu
membayar pembantu. Untuk urusan pendidikan di
sekolah si bapak yang bertanggung jawab, sedangkan
si ibu untuk urusan pendidikan yang bersangkutan dengan rumah tanggga. Si Bapak
membimbing putra-putrinya dalam belajar
di rumah malam hari. Sedangkan siang hari saling
dengan praktek biologi seperti menanam sayur. Memelihara
ternak yang hasilnya langsung dapat dimanfaatkan oleh
keluarga. Si ibu mengajar putra-putrinya memasak, mencuci piring,
mencuci pakaian & membersihkan rumah.
Anak-anaknya yang mulai besar menjadi semacam
asistennya. Setelah anak-anaknya mulai harus sekolah di kota,
mereka itu hanya disewakan kamar yang murah dengan harus memasak dan
mencuci sendiri yang sudah terlatih baik waktu di desa.
Demikianlah maka kamar itu makin banyak
penghuninya oleh adik-adik yang juga
menyusul kakak untuk belajar di kota. Sekali
seminggu seorang pulang untuk mengambil
uang dan perbekalan di desa, dan
sekali sebulan ayah-ibu datang ke kota untuk
tetap mengakrabkan hubungan mereka sebagai keluarga,
sekaligus mengontrol apakah anak-anaknya menjalankan
kewajibannya secara benar. Hal demikian juga
dilakukan oleh keluarga itu waktu anak
terbesar harus masuk ke perguruan tinggi. Pada waktu si sulung
sudah tamat dan bekerja, ia pindah ke tempat kerjanya dan berfungsi
sebagai donatur ternadap adik-adiknya. Alhasil seluruh putra-putri
keluarga guru tersebut dapat menamatkan sekolahnya
dan menjadi sarjana. Sementara itu si bapak dan ibu
bertahan bekerja sebagai guru di desa demi mengabdi
kepada putra-putrinya agar dapat
menjadi manusia yang hidupnya tidak sesulit
dirinya. Waktu mereka sudah pensiun, mereka merasakan
bahwa pengabdiannya pada putra-putrinya juga sudah
cukup, mereka merasa puas karena mampu membekali
putra-putrinya dengan ilmu yang dijadikan kail
dalam menempuh kehidupan ini. Orang
tua itu tidak membekali dengan ikan, karena akan
cepat habis tanpa bekas !
Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan mahluk ciptaan Tuhan.
Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian
berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan itu merupakan
perwujudan tanggung jawabnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pengabdian kepada agama atau kepadaTuhan terasa menonjolnya seperti yang
dilakukan oleh para biarawan dan biarawati. Pada umumnya mereka itu adalah
orang-orang yang terjun di ladang Tuhan karena kesadaran moralnya, karena
panggilan Tuhan. Mereka meningggalkan keluarganya dan tidak akan
berkeluarga, Sehingga hampir seluruh waktu waktu, pikiran, tenaga maupun
kegiatan hanya tercurah untuk memuliakan Tuhan. Dalam agama yang tidak
membedakan manusia atas dasar ras ataupun bangsa itu, para biarawan atau
biarawati ditempatkan di daerah – daerah yang jauh dan terpencil. Semuanya dilakukan
dengan semboyan tugas sud. Selain pada gereja Katolik, pada agama Budha juga
dikenal biarawati atau biarawan dengan sebutan bhiksu dan bhiksuni dengan cara
kehidupan yang tidak jauh berbeda.
Pengabdian kepada negara dan bangsa yang juga menyolok antara lain dilakukan
oleh pegawai negeri yang bertugas menjaga mercusuar di pulau yang terpencil.
Mereka bersama keluarganya hidup terpencil dari masyarakat ramai, sementara ito
setiap ban tiupan angin kencang dan laut tidak pernah berhenti, apalagi bila
terjadi badai. Mereka bersunyi diri dalam mengabadikan diri demi keselamatan
kapal yang lalu lalang. Kesenangan yang dapat dirasakan oleh pegawai negeri di
kota tidak dapat dirasakan, mungkin sekali-sekali bila mereka memperoleh cuti
tahunan. Kesenangandan kegembiraan sesame pegawai negeri hanya mereka bayangkan
secara terang di alam yang demikian sepi. Anak-anak mereka sulit berkembang
sebagai mahluk sosial, dan tebatas untuk dapat mengembangkan diri akibat
terpencilnya tempat tinggal. Dengan membandingkan mereka dan kehidupan
kawan-kawannya di kota atau di tempat yang lebih enak terasa arti pengorbanan
mereka demi keselamatan manusia lain, bangsa dan negara sendiri.
(b). Pengorbanan
Pengorbanan
berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga
pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian.
Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur
keikhlasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas
kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.
Pengorbanan dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat
dirasakan bila kita membaca atau mendengarkan kotbah agama. Dari kisah
para tokoh agama atau nabi, manusia memperoleh tauladan, bagaimana
semestinya wajib berkorban. Berikut ini diberikan dua buah
penggambaran.
Pangeran Sidharta Gautama dari Kapilawastu diharapkan oleh ayahnya untuk
kemudian menggantikan kedudukannya sebagai raja. Tetapi, Pangeran tersebut
lebih tetarik pada kehidupan pertapa untuk memperoleh penerangan agung
bagaimana caranya manusia dapat membebaskan dirinya dari
sengsara (samsara) melalui pelepasan (mokhsa) dan mencapai kehidupan
abadi di sorga (nirvana). Ia mengorbankan kehidupannya yang mewah duniawi dalam
istana, ia mengorbankan kepentingan keluarganya, karena memandang bahwa
kepentingan umat manusia yang bodoh (avidhya) perlu didahulukan. Usahanya
berhasil memperoleh penerangan agung di tempat pertapaan Bodh Gaya, yang
kemudian disiarkan kepada umat manusia. Ia rela mengorbankan duniawinya,
keluarganya. demi kepentingan umat manusia yang derajatnya lebih tinggi.
Ia menjadi seorang Budha yang akhirnya tidak dilahirkan kembali dan menjadi
pendiri agama Budha.
Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk mengorbankan putra
tunggalnya Ismail. Walaupun ia sangat sayang pada putranya tersebut,
perintah Allah untuk mengorbankan tetap dipatuhinya. Allah menguji
kesetiaan dan besamya pengorbanan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim tidak sampai
hati melihat pisaunya dipotongkan ke leher putranya, tetapi ia sudah
bertekad setia menjalankan perintahNya. Kemudian terbukti. bahwa putra yang mau
dikorbankan kepada Allah sudah berganti dengan biri-biri. Pengorbanan
yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim kepada Allah lebih tinggi kadamya daripada
pengorbanan oleh nabi ibrahim sekarang yang ditiru oleh oleh umat Islam yang
menjalankan ibadah haji di Tanah Suci maupun umat Islam di wilayah lain dengan
mengorbanan temak untuk keperluan fakir miskin pada hari raya Idul Qurban.
Perbedaan antara pengertian pcngabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas.
Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama
kawan, sulit dikatakan pengabdian, karena kata pengabdian mengandung arti lebih
rendah tingkatannya. Tetapi untuk kala pengorbanan dapat juga diterapkan
kepada sesama teman.
Pengorbanan merupakan akibat dan pengabdian. Pengorbanan dapat
berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat
juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan
secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian,
tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.
Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan
sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada
pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya,
waktu. Dalam pengabdian selalu
dituntut pengorbanan,tetapi pengorbanan belum tentu menuntut
pengabdian.
Kesediaan seorang guru sekolah dasar ditempatkan di pelosok
terpencil daerah transmigrasi, adalah pengabdian yang juga menuntut
pengorbanan. Dikatakan pengabdian karena ia mengajar disitu
tanpa menerima gaji dari pemerintah, tanpa diurus
oleh pihak berwenang usul pengangkatannya, ia hanya bertanggung
jawab untuk kemajuan dan kecerdasan masyarakat / bangsanya. Ia
hanya menerima penghargaan dan belas kasihan dari masyarakat
setempat. Pengorbanan yang ia berikan
berupa tenaga, pikiran,waktu untuk kepentingan anak didiknya.
Dalam novel berjudul “Siti Nurbaya” karya
Marah Rusli, betapa besar pengorbanan gadis
Siti Nurbaya sebagai pengabdiannya kepada
orang tua. Orang tua Siti Nurbaya tidak mampu
membayarhutang kepada Datuk Maringgih. Sebagai tebusannya, Siti
Nurbaya dibujuk agar bersedia kawin dengan Datuk Maringgih,
si tua bangka, walaupun sebenamya ia sudah mengikat janji
dengan pemuda pujaannya bernama Syamsul Bahri. Demi
pengabdian kepada bapaknya , Siti Nurbaya bersedia
memutuskan hubungannya dengan Syamsul Bahri dan mau
dikawinkan dengan Datuk Maringgih, walaupun dengan
perasaan yang sangat berat.
Pengertian
Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang
berupa pikiran, pendapat, ataupun tenaga sebagai perrwujudan kesetiaan, cinta,
kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
Pengabdian bisa disebut juga sebagai rasa tanggung jawab.
Manusia merupakan makhluk ciptakan
Tuhan, sebagai manusia kita wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian tersebut berarti penyerahan diri
sepenuhnya kepada Tuhan, dan itu merupakan perwujudan tanggung jawabnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Macam-macam
Pengabdian :
ü
Pengabdian terhadap Tuhan yang
MahaEsa :
Penyerahan diri secara penuh terhadap Tuhan dan merupakan
perwujudan tanggung jawabnya yang juga diikuti oleh pengorbanan.
ü
Pengabdian kepada masyarakat
Ini timbul karena manusia dibesarkan dan hidup dalam
masyarakat, sehingga sebagai perwujudan tanggung jawabnya kemudian melakukan
pengabdian juga pengorbanan.
ü
Pengabdian kepada raja
Suatu penyerahan diri secara ikhlas kepada rajanya, karena
dianggap yang melindunginya, walaupun sekarang jarang terjadi.
ü
Pengabdian kepada negara
Timbul karena seseorang merasa ikut bertanggung jawab
terhadap kelestarian (kelangsungan) negara dan demi persatuan kesatuan bangsa.
ü
Pengabdian kepada harta
Ini terjadi karena seseorang memandang bahwa harta yang
menghidupinya, sehingga tindakan- tindakannya semata- mata demi harta.
ü
Pengabdian kepada keluarga
Ini timbul karena keinginan untuk membahagiakan keluarga
dengan terpenuhinya kebutuhan secara lahir dan batin secara layak.
Contoh
Pengabdian :
Seorang guru di suatu desa terpencil
harus menempuh perjalanan lebih dari 3 jam melewati sungai dan bukit-bukit yang
tidak mudah untuk mengemban tugasnya mengajar di sebuah sekolah yang bahkan
tidak memiliki banyak murid, namun guru itu tetap mengajar meskipun harus
melewati usaha yang berat dalam mencapai sekolah.
Pengertian
Pengorbanan
Pengorbanan adalah pemberian yang didasarkan atas
kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata. Pengorbanan merupakan akibat
dari pengabdian. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada
perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.
Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan
sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian. Dalam pengadian
selalu dituntut pengorbanan, tapi belum tentu pengorbanan menuntut pengabdian.
Macam-macam
Pengorbanan :
v
pengorbanan harta benda
v
pengorbanan pikiran
v
pengorbanan perasaan
v
pengorbanan tenaga
Contoh
Pengorbanan :
Seorang ibu rela mengesampingkan
keinginannya dalam membeli sesuatu untuk dirinya sendiri, demi membeli
kebutuhan anak-anaknya, meskipun hanya keinginan kecil, seorang ibu
mengorbankan waktu istirahatnya untuk menjaga anaknya.
Sumber
Referensi :
0 komentar:
Posting Komentar