1. Pengertian
Kebudayaan Batak
Batak adalah nama
sebuah suku di Indonesia. Suku ini kebanyakan bermukim di Sumatra Utara. Mayoritas
orang Batak beragama Kristen dan Islam. Tetapi dan ada pula yang menganut
kepercayaan animism (disebut Parmalim). Yang dimaksud dengan kebudayaan Batak yaitu seluruh nilai-nilai
kehidupan suku bangsa Batak diwaktu-waktu mendatang merupakan penerusan dari nilai
kehidupan lampau dan menjadi faktor penentu sebagai identitasnya. Refleksi dari
nilai-nilai kehidupan tersebut menjadi suatu ciri yang khas bagi
suku bangsa Batak yakni : Keyakinan dan Kepercayaan bahwa
ada Maha Pencipta sebagai Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta
segala sesuatu isinya, termasuk langit dan bumi. Untuk mewujudkan keseimbangan
dalam menjalankan nilai-nilai kehidupan sebagai mahluk sosial yang selalu berinteraksi
antara satu dengan yang lainnya, Tuhan Maha Pencipta sebagai titik orientasi
spiritualnya, alam lingkungan sebagai objek integritasnya
suku bangsa Batak telah dinaungi Patik. Patik berfungsi sebagai batasan tatanan kehidupan untuk mencapai nilai-nilai kebenaran.
Patik ditandai dengan kata Unang, Tongka, Sotung, Dang Jadi. Sebagai akibat
dari penyimpangan tatanan kehidupan yang dimaksud dibuatlah Uhum atau Hukum. Uhum
atau Hukum ditandai oleh kata; Aut, Duru, Sala, Baliksa,
Hinorhon, Laos, Dando, Tolon, Bura dsb.
Didalam menjalankan kehidupan
suku bangsa Batak terutama interaksi antara sesama manusia dibuatlah
nilai-nilai antara sesama, etika maupun estetika yang
dinamai Adat. Suku bangsa Batak mempunyai sistem kekerabatan yang dikenal
dan hidup hingga kini yakni Partuturon. Peringatan untuk tidak melanggar
Patik itu ditegaskan dengan kata Sotung. Dan mengharamkan segala aturan
untukdilanggar dikatakan dengan kata Subang.
2.
Makna Kebudayaan Batak
Tata nilai kehidupan
suku Batak di dalam proses pengembangannya merupakan pengolahantingkat daya dan
perkebangan daya dalam satu sistem komunikasi meliputi :
A.
Sikap Mental (Hadirion)
·
Sikap mental ini tercermin dari pepatah
: babiat di harbangan, gompul di alaman.
·
Anak sipajoloon nara tu jolo.
B.
Nilai Kehidupan (Ruhut-ruhut Ni
Parngoluon)
Pantun marpangkuling bangko ni anak na
bisuk. Donda marpangalaho bangkoni boru na uli. (pantun hangoluan tois
hamagoan).
·
Cara
Berpikir (Paningaon)
Raja
di jolo sipatudu dalan hangoluan. (di depan kita sebagai panutan).
Raja
di tonga pangahut pangatua, pangimpal, pangimbalo (ditengah kita
sebagai pemersatu).
Raja
di pudi siapul natangis sielek na mardandi. (dibelakang kita sebagai penopang
orang yang jatuh).
·
Cara
Bekerja (Parulan)
Mangula
sibahen namangan (mengerjakan apa yang mau dimakan).
Maragat
bahen siinumon (menampung apa yang mau diminum).
·
Logika
(Ruhut, Raska, Risa)
Aut
so ugari boru Napitupulu na tumubuhon au, dang martulang au tu Napitupulu (jika
masih satu keturunan/marga, maka kita akan lebih menghormatinya).
·
Etika
(Paradaton)
Tinintip
sanggar bahen huru-huruan
Nisungkun
marga asa binoto partuturon
·
Estetika (panimbangion)
Hatian
sora monggal ninggala sibola tali
3.
Suku-suku Batak
Suku Batak terdiri dari beberapa sub-suku
yang berdiam di wilayah Sumatera Utara, Kota Subulussalam, Aceh
Singkil dan Aceh Tenggara. Sub-suku Batak adalah: Suku Alas, Suku Kluet, Suku
Karo, Suku Toba, Suku Pakpak, Suku Dairi, Suku Simalungun, Suku Angkola, Suku
Mandailing.
4. WILAYAH BERMUKIM
Dalam tata pemerintahan
Republik Indonesia yang mengikuti tata pemerintahan Kolonial Belanda, setiap
sub-suku berdiam dalam satu kedemangan yang kemudiandirubah menjadi Kabupaten
setelah Indonesia merdeka.
Sub-suku Batak Toba
berdiam di KabupatenTapanuli Utara yang wilayahnya meliputi Ajibata(berbatasan
dengan Parapat), Pulau Samosir, Pakkat, serta Sarulla. Empat tahun terakhir ini,
Kabupaten Tapanuli Utara sendiri telah dimekarkan menjadi beberapa Kabupaten
yakni Kabupaten Tapanuli Utara (ibukota Tarutung), Kabupaten Toba Samosir (ibukota Balige),
Kabupaten Samosir (ibukota Pangururan), Kabupaten Humbang (ibukotaSiborong-borong),
Kabupaten Humbang Hasundutan (ibukota Dolok Sanggul).
Sub suku Batak Karo
mayoritas berdiam di Kabupaten Karo dengan ibukota Kabanjahe,namun sebagian
juga tersebar di Kabupaten Langkat dan Deli Serdang. Mereka yang bermukim
diwilayah Kabupaten Karo kerap disebut sebagai Karo Gunung, sementara yang di
Kab. Langkatdan Deli Serdang kerap disebut dengan Karo Langkat.
Sub suku Batak Alas
bermukim di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Populasi mereka meningkat
paska Perang Aceh dimana pada masa perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Belanda, suku Batak Toba selalu
mengirimkan bala bantuan. Setelah perang usai, mereka
banyak yang bermukim di wilayah Aceh Tenggara.
Sub suku Batak Pakpak terdiri
atas 5 sub Pakpak yaitu Pakpak Kelasen, Pakpak Simsim, Pakpak Boang, Pakpak
Pegagan, bermukim di wilayah Kabupaten Dairi yang kemudiandimekarkan pada tahun
2004 menjadi dua kabupaten yakni: Kabupaten Dairi (ibukotaSidikalang)dan
Kabupaten Pakpak Bharat (ibukota Salak). Suku Batak Pakpak
juga berdomisilidi wilayah Parlilitan yang masuk wilayah Kabupaten Humbang
Hasundutan dan wilayahManduamas yang merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli
Tengah.Suku Pakpak yang tinggaldiwalayah tersebut menamakan diri sebagai
Pakpak Kelasan. Dalam jumlah yang sedikit, sukuPakpak juga bermukim
di wilayah Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam.
Sub suku Batak
Simalungun mayoritas bermukim di wilayah Kabupaten
Simalungun(ibukota Pematang Siantar) namun dalam jumlah yang lebih kecil juga
bermukim di kabupatenSerdang Bedagai dan Kabupaten Asahan.
Sub suku Batak
Mandailing dan Angkola bermukim di wilayah Kabupaten
TapanuliSelatan (ibukota Padang Sidempuan) dan Kabupaten Mandailing Natal
(sering disingkat denganMadina dengan ibukota Penyabungan). Kabupaten ini
berdiri sejak tahun 1999 setelah dimekarkandari Kabupaten Tapsel.
Sementara itu, Kabupaten Tapanuli Tengah (ibukota Sibolga)
sejak dulutidak didominasi oleh salah satu sub suku batak. Populasi Batak
Toba cukup banyak ditemui didaerah ini, demikian
juga dengan Batak Angkola dan Mandailing. Dalam jumlah
yang kecil,Batak Pakpak juga bermukim di daerah ini khususnya
Kota Barus. Hal ini dimungkinkan karena Tapanuli Tengah terletak
di tepi Samudera Hindia yang menjadikannya sebagai pintu
masuk dankeluar untuk melakukan hubungan dagang dengan dunia
internasional. Salah satu kota terkenalyang menjadi bandar internasional yang
mencapai kegemilangannya sekitar abad 5 SM-7 SMadalah Kota Barus.
5. Alat-alat
Rumah Tangga Yang Dipakai oleh Nenek Moyang Suku Batak
a)
Panutuan dan Tutu adalah alat untuk
menggiling bumbu dapur. Panutuan danTutu terbuat dari batu atau kayu. Panutuan
adalah wadah tempat bumbu akandigiling, sedangkan Tutu adalah batu atau kayu
penggiling bumbu itu. Tutu inidinamai juga Papene.
b)
Papene adalah Sapa kecil tanpa kaki. Besarnya
sekitar ± 30-40 cm.Biasanya Papene ini digunakan pada kesempatan sehari-hari.
c)
Hansung atau Hiong adalah bejana untuk
mengambil air dari sumber air(sumur, pancuran atau sungai) dan sekaligus tempat
penyimpanannya.Hansung atau Hiong adalah tabung besar yang terbuat dari bambu
besardengan ruas buku yang panjang. Kadang-kadang kulit
luarnya dibuang, tetapikadang-kadang tidak. Kulit
yang tidak dibuang sering dihiasi dengan tulisanatau
ukiran mitis. Selain untuk menampung dan menyimpan
air, Hansungatau Hiong digunakan juga untuk menampung air aren yang
dikenal dengan tuak. Di tanah Karo bejana ini disebut Kitang.
d)
Ompon ialah sejenis
karung berbentuk silinder. Ompon terbuat dari kulit kayuatau
dari diayam dari Baion atau pandan. Besarnya dan volumenya tidaktentu. Ada
ompon yang bisa menampung padi sebanyak 20-30 porsanan
atau panuhukan. Porsanan atau Panuhukan adalah ukuran umum
sebanyak orang bisa memikul. “porsan” atau “tuhuk” berarti pikul.
e)
Hudon Tano atau Susuban Tano adalah bejana yang terbuat dari tanah liat.Pada
zaman dahulu bejana ini dipakai serba guna, misalnya: tempat penyimpanan
air, tempat memasak makanan dan air minum.
f)
Hobon atau Tambarang mengacu pada barang
yang
sama,yakni sejenis tong yang terbuat dari kulit kayu yang amat besar. Hobon atau Tambarang ini dipakai untuk tempatmenyimpan
padi. Bila Hobon atau Tambarang ini berdiri akan tampak sepertidrum
yang besar.
g)
Sapa Bolon, atau biasa
disebut sapa saja, ialah piring yang terbuat dari kayu. Biasanya
sapaitu berdiameter ± 30-40 cm; tinggi ± 20-30 cm. Biasanya
piring ini digunakan ketika satukeluarga makan hasil panen
pertama atau makan Dengke na hinongkoman (ikan pelindung) untuk
menolak penyakit menular. Nama ikan itu adalahPorapora. Jumlah ikan itu mesti
sebanyak jumlah anggota keluarga yangmakan, yang ditaruh pada sapa.
h)
Poting atau gunci terbuat dari tanah liat dan tutupnya terbuar darikayu.
Barang ini dipakai sebagai tempat tuak.
6. Adat
Istiadat Batak
Upacara
Pada
masyarakat suku Batak, siklus kehidupan seseorangdari lahir kemudian dewasa, berketurunan
sampai meninggal,melalui beberapa masa dan peristiwa yang dianggap
penting.Karenanya pada saat-saat atau peristiwa penting tersebut
perludilakukan upacara-upacara yang bersifat adat, kepercayaan danagama.
Upacara-upacara tersebut antara lain upacara turunmandi, pemberian nama, potong
rambut dan sebagainya padamasa anak-anak, upacara mengasah gigi, upacara
perkawinan, upacara kematian dan lain-lain. Di kalangan masyarakat Batak
dikenal upacara memberi makan enak kepada orang tua yang sudah lanjut usia
tetapi masih sehat, tujuannya untuk memberisemangat
hidup agar panjang umur dan tetap sehat. Juga kepada
orang tua yang sakit dengan maksud agar dapat sembuh
kembali. Upacara ini disebut "sulang-sulang". Meskipun kini sebagian
besar penduduk sudah memeluk agama Islam atau Kristen, tapi kepercayaan lama
yang bersifat animistis masih terlihat dalam upacara-upacara yang dilakukan. Misalnya
upacara memanggil roh leluhur ke rumah keluarga yang masih hidup dengan perantaraan
Sibaso atau dukun wanita. Sibaso nanti akan kemasukan roh, sehingga setiapucapannya dianggap
kata-kata leluhur yang meninggal. Di daerah
Batak Toba upacara inidisebut "Sigale-gale".
0 komentar:
Posting Komentar